Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan media tanam (media tumbuh) anggrek adalah tahan lama, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mampu mengikat air dan unsur hara dengan baik serta mudah diperoleh.
Berbagai jenis media tumbuh yang umum digunakan antara lain pakis, moss, sabut kelapa, arang, serutan kayu, kulit kayu dan lain-lain. Pada dasarnya, menggunakan media tumbuh apapun, anggrek mampu beradaptasi dengan baik. Yang penting, faktor penyiraman dan pemupukan yang tepat untuk setiap jenis anggrek perlu diperhatikan. Sebagai contoh, di daerah dengan kelembaban tinggi, penggunaan media yang menyimpan banyak air tidak dianjurkan. Sifatnya yang selalu basah mengundang penyakit busuk akar dan busuk tunas anakan.
Berikut ini adalah jenis-jenis media tumbuh yang umum digunakan dalam penanaman anggrek.
1. PAKIS
Media tumbuh pakis berasal dari batang tumbuhan paku-pakuan. Pakis sangat baik digunakan sebagai media tanam karena mampu mengikat dan menyimpan air dengan baik, aerasi dan drainase yang baik, serta lapuk secara perlahan, sehingga mengurangi frekuansi penggantian media tanam, serta mengandung unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan anggrek.
Pakis dapat digunakan dalam bentuk cacahan, potongan atau lempengan. Untuk bibit yang baru dikeluarkan dari dalam botol, sebaiknya digunakan pakis bentuk cacahan halus. Untuk tanaman remaja atau dewasa lebih baik digunakan pakis cacahan kasar atau yang telah dipotong-potong. Ukuran cacahan atau potongan pakis disesuaikan dengan besar kecilnya pot. Bentuk lempengan digunakan untuk menempelkan tanaman remaja hingga dewasa.
Meski mempunyai sejumlah keunggulan, tetapi pakis juga mempunyai kelemahan. Media itu disukai semut dan hewan kecil lainnya atau bahkan mikroorganisme. Untuk mengatasinya, pakis perlu disterilkan sebelum digunakan. Caranya pakis dibersihkan atau dicuci dengan air, hingga kotoran seperti tanah atau sejenisnya hilang.
Untuk mencegah adanya mikroorganisme terutama cendawan, media direndam direndam dalam larutan fungisida. Contohnya Antracol, Benlate, Dythane atau sejenisnya dengan konsentrasi 0,1 hingga 0,2 %. Setelah sehari semalam, media diangkat dan dikeringkan. Media siap untuk digunakan.
Sterilisasi media juga dapat dilakukan dengan cara merebus pakis dalam air mendidih atau dikukus. Sayangnya karena keterbatasan tempat, volume media yang disterilkan terbatas.
2. MOSS
Moss berasal dari akar paku-pakuan atau kadaka. Jenis tumbuhan tersebut banyak dijumpai tumbuh dan melekat di batang pohon besar di hutan. Keunggulan moss yaitu daya mengikat dan menyimpan air sangat baik. Aerasi dan drainase udara baik, tidak cepat lapuk, mengandung unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, berongga udara banyak sehingga akar dapat tumbuh dan berkembang leluasa. Sebagai contoh, akar osmunda yang banyak digunakan penganggrek di Amerika bagian timur mengandung unsur Nitrogen sebanyak 2-3 %.
Berdasarkan karakteristik media paku-pakuan dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
a. Sangat kasar, keras dan tebal. Contohnya Cyathea.SP.
b. Kasar dan keras. Contohnya Osmunda Sp
c. Halus dan keras. Contohnya Asplenium Falcatum. Jenis ini akan melunak apabila direndam dalam air
d. Lunak. Contohnya Asplenium Nidus. Jenis ini sangat baik utnuk pertumbuhan dan pertumbuhan akar tanaman yang baru dipisahkan dari tanaman induknya.
Ditoko pertanian banyak dijumpai media spagnum moss. Media ini dapat mengikat air dengan sangat cepat dan menyimpannya dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, media ini tidak dianjurkan untuk digunakan di daerah yang sering hujan. Pada umumnya media ini banyak digunakan pada anggrek Phalaenopsis. Namun tempat untuk meletakkan tanaman anggrek tersebut atapnya harus diberi lapisan penutup tembus cahaya yang diletakkan diatas paranet. Contohnya : Plastik, Fiber atau sejenisnya. Dengan demikian tanaman anggrek tersebut tidak terkena curah hujan langsung yang dapat mengakibatkan busuk.
Penggunaan mosss menemui kendala dengan ketersediaan bahan karena cenderung langka. Bila pakis dan moss diambil terus menerus dari hutan (alam) maka dikhawatirkan keseimbangan ekosistem dapat terganggu. Beberapa pemerintah daerah-pun mulai melarang eksploitasi dengan menerbitkan peraturan daerah.
3. SABUT KELAPA
Media sabut kelapa kini semakin banyak digunakan sebagai media tumbuh anggrek. Sabut kelapa memiliki keunggulan yaitu mudah mengikat dan menyimpan air dengan baik, mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman, serta mudah diperoleh dalam jumlah besar.
Sayangnya media ini mudah lapuk dan terlalu kuat menyimpan air, sehingga dapat menjadi sumber penyakit busuk akar dan busuk tunas anakan. Oleh karena itu, media sabut kelapa lebih cocok digunakan didaerah panas. Didaerah yang sering turun hujan, perlu menghindari penggunaan media ini. Bila terpaksa, kombinasikan dengan media yang tidak menyerap air, seperti arang kayu bakar atau sejenisnya.
Sabut kelapa mengandung beberapa unsur dan senyawa antara lain, K, P, Ca, Mg dan N. Selain itu, kaya bahan organik, abu, pektin, hemiselulosa, selulosa, pentosa dan lignin. Pektin berfungsi sebagai penguat lapisan tengah dinding sel. Hemiselulosa dan selulosa penyusun utama dinding sel yang berfungsi untuk memperkuat sel-sel kayu. Lignin berfungsi untuk mengeraskan dinding sel. Calsium selain berfungsi menguatkan dinding sel, juga mengaktifkan pembelahan sel-sel meristem. Magnesium sangat penting dalam pembentukan chlorofil.
Bila ingin menggunakan sabut kelapa sebagai media, pilih sabut kelapa dari buah kelapa yang sudah tua, sebab proses dekomposisinya sangat lambat, sehingga lebih tahan lama.
Gunakan sabut yang masih melekat kulit luarnya, dan sudah dipotong-potong atau hanya serat-seratnya. Serbuk sabut kelapa (choir dust) yang merupakan bagian dari sabut kelapa belum banyak dimanfaatkan secara baik, namun dibeberapa negara, serbuk ini telah dimanfaatkan sebagai bahan pupuk atau bahan media tumbuh tanaman hias lain.
Serat sabut kelapa digunakan saat tanaman masih kecil seperti kompot atau seedling. Untuk tanaman remaja/dewasa gunakan sabut kelapa dalam bentuk potongan. Ukuran potongan disesuaikan dengan ukuran wadah atau pot.
Agar tidak cepat membusuk, sterilkan media ini terlebih dahulu. Caranya sama dengan sterilisasi pakis. Setelah tanaman tumbuh, lakukan penyemprotan fungisida lebih sering, karena kelembaban dalam pot sangat tinggi. Pada kondisi lembab, mikroorganisme cepat tumbuh dan berkembang.
4. ARANG KAYU
Media arang umumnya digunakan dalam bentuk potongan-potongan, terutama untuk tanaman ukuran remaja atau dewasa. Besar kecilnya potongan arang diseduaikan dengan ukuran tanaman serta besar kecilnya ukuran pot.
Sifat arang antara lain, tahan lama, tidak mudah ditumbuhi jamur dan bakteri, dapat menyerap senyawa yang berfifat racun/toksik, Dan mudah melepaskannya kembali setelah penyiraman. Sayangnya arang sulit menyerap dan menyimpan air. Arang hanya mampu mengikat air dipermukaan saja dan tidak mengandung unsur hara. Arang bisa menjadi pilihan penganggrek di daerah berkelembapan tinggi sehingga kebusukan akar dan tunas anakan dapat dihindari karena akar senantiasa kering. Karena sulit menyimpan air dan miskin hara, maka frekuensi penyemprotan air dan pupuk perlu ditingkatkan. Komposisi kimiawi arang kayu sebagian besar mengandung karbon (C), sedangkan kandungan sulfur (S) dan fosfor (P) sangat sedikit, serta abu.
5. SERUTAN DAN POTONGAN KAYU
Serutan atau potongan kayu dapat pula jadi pilihan media. Untuk itu, pilih bahan yang berasal dari pohon atau tanaman tua. Keunggulannya aerasi dan drainase baik; banyak rongga-rongga udara sehingga akar tanaman leluasa tumbuh dan berkembang. Proses pelapukan lambat karena mengandung senyawa-senyawa yang sulit terdekomposisi, seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Kelemahan serutan atau potongan kayu yaitu daya simpan air kurang baik dan miskin unsur N. media ini juga sering digunakan untuk menanam anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di permukaan tanah serta membutuhkan cahaya matahari penuh. Penggunaan media serutan kayu ini biasanya dicampur dengan kompos atau pupuk kandang yang telah steril.
6. PECAHAN BATU BATA ATAU GENTING
Pada umumnya, pecahan batu-bata atau genting diletakkan di dasar pot. Tujuannya memperbaiki aerasi dan drainase udara dalam pot. Pengisian pecahan batu-bata atau genting jumlahnya kira-kira sepertiga (1/3 bagian) dari tinggi pot atau tergantung dari tingkat kelembapan yang dibutuhkan. Selain itu, pecahan batu-bata atau genting juga berfungsi agar wadah atau pot yang digunakan tidak mudah rebah.
Adanya rongga-rongga udara di antara pecahan batu-bata atau genting memberi kebebasan akar anggrek untuk tumbuh dan berkembang kesegala arah. Di samping itu juga sebagai tempat atau jalan masuk oksigen yang diperlukan oleh akar untuk proses respirasi. Media itu juga dapat menjaga tingkat kelembapan.
Pecahan batu bata lebih mudah dan banyak menyerap serta menyimpan air dibandingkan dengan pecahan genting. Namun, demikian pecahan batu bata lebih cepat ditumbuhi algae (ganggang) dibandingkan dengan pecahan genting.
7. PENGGANTIAN MEDIA BARU
Penggantian media baru (repotting) perlu dilakukan karena :
a. Tanaman dalam pot atau wadah sudah terlalu penuh atau padat yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal lagi.
b. Media lama sudah hancur karena mengalami dekomposisi sehingga bersifat asam dan dapat mengakibatkan menjadi sumber penyakit.
Semoga membantu.
Sumber : Bertanam Anggrek, oleh Dyah Widiastoety darmono, Penerbit Panebar Swadaya
Foto (Orchid Painting) taken from http://www.orchid.org.uk/neos/neosartgallery.htm
Media Tumbuh Anggrek
Diposting oleh emirgarden | Senin, November 03, 2008 | Anggrek, Media Tanam | 0 komentar »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar
Posting Komentar