Demam tanaman hias saat ini sedang melanda berbagai kota besar di Tanah Air. Harga tanaman hias bisa mencapai ratusan juta rupiah; sesuatu yang berkesan di luar rasionalitas. TENTU tidak pemilik nursery, atau penangkar tanaman hias, menuai untung. Bahkan tidak sedikit orang yang mengalami keambrukan dalam berbisnis tanaman hias.
Banyak faktor yang menyebabkan mereka terpuruk, mulai dari faktor alam, kurangnya pengetahuan bercocok tanam dan karakteristis tanaman hias, hingga gagal
bersaing akibat ikut-ikutan tren saja.
Fenomena ini juga melanda para penangkar tanaman hias terlaris saat ini, anthurium, khususnya jenis jenmanii dan gelombang cinta. Ketika gagal, mereka mencoba dan terus mencoba, sampai akhirnya makin terpuruk.
Ah, mengapa tidak melirik potensi lain? Bukankah banyak sekali potensi tanaman hias serta tanaman bunga yang bisa dibudidayakan untuk menjadi idola baru? Salah satu bunga hias yang saat ini luput dari pantuan penangkar dan penggemar adalah tanaman gerbera. Padahal bunga tanaman ini sangat indah, tak kalah dari mawar dan tulip.
Tanaman ini memang belum berkembang pesat di Indonesia, terutama sebagai komoditas komersial. Dalam program penelitian dan pengembangan hortikultura di Indonesia, gerbera dimasukkan sebagai tanaman introduksi dari luar negeri.
Tetapi jika bisa dikembangkan di Indonesia, pasti akan menjadi komoditas potensial. Apalagi tanaman ini terbukti mampu mengusir berbagai jenis polutan, baik dari asap rokok, asap kendaraan bermotor, maupun asap pabrik.
Prospek budidaya tanaman gerbera juga cukup cerah, mengingat peminatnya di dalam negeri makin banyak. Ini dapat dilihat dari dominannya bunga gerbera dalam berbagai rangkaian/karangan bunga.
Empat Jenis
Berdasarkan bentuk bunga, terutama struktur helai mahkota bunganya, gerbera dibagi menjadi empat jenis :
Pertama, gerbara berbunga selapis. Helai mahkota bunganya tersusun selapis, dan umumnya berwarna merah, kuning, atau merah jambu.
Kedua, gerbera berbunga dua. Helai mahkotanya tersusun dari dua lapis. Susunan lapis luar berbeda dari lapis dalamnya. Termasuk jenis ini antara lain Gerbera jamensonii, atau sering disebut fantasy double purple, yang berwarna merah.
Ketiga, gerbera berbunga tiga lapis. Contohnya adalah fantasy triple red yang berbunga merah dengan variasi kuning atau hijau-kekuningan. Namun jenis ini juga memiliki nama spesies yang sama, yaitu Gerbera jamensonii.
Keempat, gerbera hibrida yang dihasilkan Holand Asia Flori Net di Belanda. Misalnya gerbara yustika (pink merah), orange jaffa (oranye cerah) dan ventury (oranye tua). Ukuran bunganya jauh lebih besar daripada tiga jenis terdahulu.
Perbanyakan tanaman ini relatif mudah. Media tanam yang ideal adalah tanah lempung yang berpasir, subur, dan banyak mengandung bahan organik atau humus.
Derajat keasaman (pH) tanah yang cocok untuk budi daya gerbera adalah 5,5 - 6,0 (kondisi asam). Benih dapat diperbanyak secara generatif. Benih diseleksi dari biji yang memiliki daya kecambah atau berdaya tumbuh tinggi, dengan penampilan yang bernas.
Perbanyakan vegetatif juga bisa dilakukan, terutama secara kultur jaringan/anakan. Bahan terdiri atas mata tunas lateral dari batang tanaman gerbera yang sehat dan dari jenis unggul.
Penanaman
Sebelum menanam, siapkan lubang tanam selebar dan sedalam daun. Cang-kul pada jarak tanam 20-25 cm dalam barisan, serta 35-40 cm antarbarisan. Waktu terbaik untuk menanam adalah pagi hari (06.00 - 09.00) atau sore hari (15.00 - 17.00).
Lubang tanam dibasahi sampai lembab. Bibit ditanam secara tegak di tengah-tengah lubang, sambil memadatkan tanah di sekitar pangkal tanaman. Lalu siramlah bedengan sampai cukup basah.
Agar pertumbuhannya bagus, kita mesti melakukan pemupukan secara rutin, minimal sebulan sekali. Jenis pupuk yang dianjurkan adalah NPK serta unsur mikro lainnya. Pupuk NPK diberikan dengan dosis 2-4 gram/tanaman, dengan periode sekali dalam sebulan. Dengan demikian, setiap hektare lahan membutuhkan 200 -400 kg pupuk.
Caranya, benamkan pupuk dalam larikan atau lubang di antara tanaman. Pupuk bisa diberikan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 10 gram/10 liter air, dan diberikan sebanyak 200-250 ml/tanaman dengan periode pemberian 10 hari sekali. Pupuk daun dapat diberikan sesuai dengan anjuran.
Yang juga perlu diperhatikan adalah penyiraman pada fase awal pertumbuhan tanaman. Kegiatan ini dapat dilakukan 1-2 kali dalam sehari. Pemberian air selanjutnya berangsur-angsur bisa dikurang. Nah, selamat mencoba. (Dela SY,dari berbagai sumber-32)
suara merdeka
Pic from growersbox
Gerbera, Bunga Potong Nan Indah
Diposting oleh emirgarden | Jumat, Februari 20, 2009 | Gerbera | 0 komentar »Tabulampot, Cara Menjaga Penampilannya
Diposting oleh emirgarden | Rabu, Februari 18, 2009 | Tabulampot | 0 komentar »Penampilan tabulampot, terletak pada postur tanaman yang pendek, bermahkota bagus, dan tunas-tunas bunga-buah terangsang untuk tumbuh. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemangkasan dan pembentukan pohon.
Caranya:
1. Pakai rumusan “139″
Artinya, pelihara hanya 1 batang utama (pokok) pada ketinggian 60 - 100 cm, 3 cabang primer terpilih sepanjang 30 - 50 cm, dan 9 cabang sekunder terpilih sepanjang 30 - 50 cm. Lakukan pemangkasan pada musim penghujan. Setelah dipangkas, olesi setiap luka pangkasan dengan cat atau ter.
2. Pengeringan sementara
Untuk merangsang pembungaan tabulampot sawo, lakukan dengan teknik pengeringan media tanam. Caranya, biarkan media tanam dalam pot tidak disiram selama beberapa hari (tapi jangan sampai layu permanen). Setelah itu, siram sedikit demi sedikit, lalu keringkan lagi hingga tanaman tampak layu. Setelah itu, siram perlahan-lahan sampai cukup basah. Lakukan ini selama 4 - 6 minggu.
3. Pupuk lagi
Jika tetap tidak berbunga, tambahkan pupuk TSP sebanyak 50 gr/pot.
4. Pakai saja ZPT
Untuk menjaga tanaman berbuah sepanjang tahun dan buah-buah tetap bagus, gunakan zat pengatur tumbuh (ZPT). Beberapa ZPT yang bisa dipakai antara lain Hobsanol, Atonik, Ethrel, dan Cultar, yang bisa Anda beli di toko/kios pertanian terdekat.
Cara Bertanam
1. Bibit ditanam
Ambil sebagian media tanam dari pot. Keluarkan bibit sawo dari polybag bersama tanahnya. Jika bibit memiliki cabang, ranting, daun, dan akar berlebihan, sebaiknya kurangi atau pangkas. Bibit ditanam dalam posisi tegak, lalu timbun dengan media tanam yang sudah dikeluarkan tadi. Padatkan media tanam di sekitar pangkal bibit, lalu siram hingga cukup basah.
2. Pilih tempat aman
Langkah berikutnya, letakkan tabulampot sawo pada tempat yang pas. Tempat itu harus terbuka, terkena sinar matahari pada pagi hari hingga pukul 11, aman dari segala gangguan, dan lingkungan sekitarnya mendukung. Dengan demikian, tabulampot sawo bisa tumbuh subur dan produktif.
3. Bila lebih dari satu pot.
Jika memiliki lebih dari satu tabulampot sawo, letakkan berjajar dan teratur. Tetapi bisa juga tidak berjajar, karena harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Yang penting, jarak antar-pot sekurang-kurangnya 2 x 2 meter.
4. Rajin menyiram.
Jangan lupa rajin menyiram tabulampot sawo atau apel Anda. Selain dengan selang plastik, ada cara lain dengan sistem tali sumbu dan sistem irigasi tetes sederhana.
5. Tetap diberi pupuk susulan.
Meski media tanam yang digunakan sudah mengandung pupuk, namun sebaiknya tetap dilanjutkan dengan pemupukan susulan. Sebulan setelah tanam, lakukan pemupukan dengan Urea, TSP, dan KCL (2:2:1), 2 sendok makan per pohon. Benamkan campuran pupuk di sekeliling pot sedalam 10 cm.
Jika tabulampot sawo mulai berbunga, beri pupuk NPK (15-15-15) sebanyak 1 sendok makan per pohon. Jangan lupa, terlebih dulu larutkan pupuk dalam 10 liter air, kemudian siramkan pada media hingga cukup basah.
Bila tanaman sudah rutin berbuah, tetap lakukan pemupukan sekurang-kurangnya 4 bulan sekali. Gunakan pupuk NPK (15-15-15) sebanyak 1 sendok makan per pohon, langsung benamkan sedalam 10 cm di sekeliling pot
tabloidnova
Budidaya Krisan ( Bagian II )
Diposting oleh emirgarden | Senin, Februari 16, 2009 | Budidaya, Krisan | 1 komentar »Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit yang baru.
2) Penyiangan
Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput¬rumput liar.
3) Pengairan dan Penyiraman
Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.
Hama Dan Penyakit
Hama
1) Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala: memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai. Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
2) Thrips (Thrips tabacci)
Gejala: pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun. Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.
3) Tungau merah (Tetranycus sp)
Gejala: daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, dan bercak-bercak kuning sampai coklat. Pengendalian: memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.
4) Penggerek daun (Liriomyza sp)
Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yang mengelilingi permukaan daun. Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
Penyakit
1) Karat/Rust
Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn. Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga. Pengendalian: menanam bibit yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
2) Tepung oidium
Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi. Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering. Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yang sakit dan penyemprotan fungisida.
3) Virus kerdil dan mozaik
Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus). Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat. Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang tercemar penyakit dan pekerja kebun. Virus mosaik menyebabkan daun belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris-garis. Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakan alat-alat pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor virus.
Panen
Ciri dan Umur Panen
Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari seluruh tanaman. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam.
Cara Panen
Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan tanaman siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah.
Prakiraan Produksi
Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman.
Pasca Panen
Pengumpulan
Kumpulkan bunga hasil panen, lalu ikat tangkai bunga berisi sekitar 50-1 000 tangkai simpan pada rak-rak.
Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalu bersihkan dari daun-daun kering atau terserang hama. Buang daun-daun tua pada pangkal tangkai.
Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu:
a) Kelas I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai bunga lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm.
b) Kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm.
Pengemasan dan Pengangkutan
Tentukan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran dan susunlah kemasan berisi bunga krisan secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut
Gambaran Peluang Agribisnis
Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, karena pasar potensial yang dapat berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara pasar potensial tersebut adalah Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, America Serikat, Swedia dsb.
Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama, bunga krisan pot bahkan dapat tetap segar selama 10 hari. Peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negri agaknya meningkat maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan.
Klasifikasi Dan Standar Mutu
Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangat ditentukan oleh negara pengimpor. Untuk Jepang standar yang berlaku adalah sebagai berikut:
a) Varietas adalah Kiku berwarna putih atau kuning yang dipanen saat bunga belum mekar penuh, panjang tangkai 70 cm, lurus dan tunggal. Duapertiga daun masih lengkap, utuh serta berukuran seragam dan bebas hama penyakit.
b) Satu ikatan terdiri dari 20 tangkai bunga dan dibungkus dengan pembungkus dari kertas khusus Sleeves. Kuntum tidak tertutup seludang, pangkal bunga diberi kapas basah.
c) Pengepakan dilakukan dalam kotak kardus dengan kapasitas 10 ikatan.
d) Pengangkutan dilakukan dengan alat angkut bersuhu udara 7-8 derajat C dengan kelembaban udara 60-65%.
Pengemasan
1) Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga krisan potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairan pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang sesuai.
2) Pemberian merek
Pada bagian luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang/varietas krisan.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau kode produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara tujuan.
6. Hasil Indonesia.
Daftar Pustaka
1) H Rahmat Rukmana , Ir.1997. Krisan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
2) Trubus no. 338. 1998. Kebun bunga Potong Ciputri.
3) Dewi Sartika. 1998. Krisan Baru Produk Indonesia. Trubus no. 342.
4) Lukito AM. 1998. Rekayasa Pembungaan Krisan dan Bunga Lain. Trubus no. 348
ristek.go.id
Budidaya Krisan ( Bagian I )
Diposting oleh emirgarden | Sabtu, Februari 14, 2009 | Budidaya, Krisan | 0 komentar »
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.
Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:
a) Krisan lokal (krisan kuno)
Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).
b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah
C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid, C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).
c) Krisan produk Indonesia
Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
Manfaat Tanaman
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
a) Bunga pot
Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).
b) Bunga potong
Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
Sentra Penanaman
Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).
Syarat Tumbuh
Iklim
1) Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.
3) Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C.
4) Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
5) Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
Media Tanam
1) Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.
2) Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.
Ketinggian Tempat
ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m dpl.
Pedoman Budidaya
Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
2) Penyiapan Bibit
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan.
a) Bibit asal anakan
b) Bibit asal stek pucuk
Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
c) Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:
1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26 hari.
2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar.
3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
a) Stok tanaman induk
Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk.
Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18 Philip.
b) Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.
Penyemaian Bibit
a) Penyemaian di bak
Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.
b) Penyemaian kultur jaringan
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril dan bersungkup plastik tembus cahaya.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan.
Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, setelah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan terbuka.
Pemindahan Bibit
Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.
Pengolahan Media Tanam, hama, Penyakit dll.... (selanjutnya pada Bagian II)
ristek.go.id
Pic from langitlangit
Kembang Kertas dan Khasiat Obat
Diposting oleh emirgarden | Kamis, Februari 12, 2009 | General, Obat | 0 komentar »
Uraian :
Kembang kertas merupakan tanaman asli Meksiko, dan dapat ditemukan sampai ketinggian 1.400 m dpl. Tanaman ini menyukai tempat-tempat terbuka yang terkena cahaya matahari, biasa ditanam secara bergerombol di taman-taman atau di pekarangan sebagai tanaman hias atau bunganya digunakan sebagai bunga potong. Terna menahun yang tumbuh tegak dan berambut kasar ini tingginya sekitar 30-50 cm, daunnya berwarna hijau, letaknya berhadapan. Helaian daun bentuknya memanjang, ujung runcing, pangkal memeluk batang, tepi rata, tulang daun melengkung. Bentuk bunganya seperti bunga Aster, dengan warna yang beraneka ragam seperti merah tua, merah muda, kuning atau biru keunguan yang keluar dari ujung batang. Perbanyakan dengan biji.
Nama Lokal :
Kembang Kertas, Kembang ratna; Bai fi ju (China).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Disentri, Kencing nanah, Bisul, Sakit pada puting susu;
Komposisi / Sifat Kimiawi and Efek Farmakologis :
Tawar, sejuk
Bagian Yang Dipakai :
Seluruh tumbuhan
Kegunaan :
- Disentri.
- Kencing nanah
- Bisul (furunculosis)
- Sakit pada puting susu (papilla mammae)
Cara Pemakaian :
Untuk minum: 10 - 30 gram, direbus.
Pemakaian Luar:
Secukupnya digiling halus dibubuhkan kebagian yang sakit
iptek-net
Suvenir Tanaman Hias Mulai Diminati
Diposting oleh emirgarden | Selasa, Februari 10, 2009 | General | 1 komentar »
Tandamata atau suvenir merupakan hal biasa yang ditemukan pada pelbagai acara, seperti pernikahan. Ada suvenir berupa kipas tangan paduan bahan bambu dan kain lukis, ada pula berbahan keramik, gantungan kunci dan sebagainya. Ketika semaraknya tanaman hias saat ini, sebagian masyarakat yang menggelar hajatan mulai memesan tanam sebagai suvenir.
Tanda-tanda mulai diminatinya suvenir tanaman pada saat perkawinan dikemukakan Antonius Karjono, pegiat pengembangbiakan tanaman dengan sistem kultur jaringan Sumber Arum Garden di Jatibening, Bekasi, Jawa Barat.
Karjono, laki-laki kelahiran Yogyakarta 60 tahun silam ini mengatakan, selain karena penggemar tanaman hias terus berkembang, pencanangan pemerintah pada program penanaman pohon untuk menjaga kelestarian lingkungan menghadapi pemanasan global (global warming) pun turut mendorong meningkatkan permintaan suvenir tanaman. Permintaan suvenir tanaman hias biasa dilakukan saat pernikahan, sedangkan suvenir tanaman keras biasa dilakukan pada acara pemerintah seperti seminar atau lokakarya.
Layaknya suvenir, tanaman dikemas apik, sehingga tidak merepotkan para tamu. Ada suvenir tanaman hias yang sedang digemari seperti Aglaonema, dan berbagai jenis Anthurium. Tersedia pula tanaman buah-buahan hingga tanaman keras.
Bibit tanaman yang tumbuh dalam pot kecil dimasukkan lagi ke dalam kotak kertas. Kertak dilobangi segi empat dan dilapisi plastik bening, memungkinkan tetamu dapat memandangi indahnya tanaman hias sedari awal.
"Kami melayani sesuai permintaan. Agar persediaan terjamin, dimohon memesan tiga sampai empat bulan sebelum pemakaian," ujar Karjono yang juga pemilik rumah makan Bebek Ginyo, dan De Jon's Burger di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Harga satu paket bervariasi, antara Rp 7.500 sampai Rp 15.000.
Dalam pengembangbiakan ini, Karjono bermitra dengan Ovarianto, sesama penggemar tanaman. Mereka membuka kebun pembibitan dengan sistem kultur jaringan atau kloning. Kloning merupakan teknik penggandaan gen yang menghasilkan turunan yang sama sifat baik dari segi hereditas maupun penampakannya. Dengan sistem ini, pemesan tidak perlu khawatir jumlah pesanannya takkan tercukupi karena lambatnya pembibitan.
Menurut Opak demikian sapaan akrap Ovarianto, sistem kloning dapat melipatgandakan jumlah pembiakan dalam waktu singkat. Dia mencontohkan pembiakan tanaman Aglaonema secara alami, satu pohon, maksimal dibiakkan 10-12 tanaman dalam setahun. Sedangkan dengan sistem kloning, tidak terbatas.
Dia menjelaskan, cara kerja kloning tanaman adalah dimulai dengan menyediakan daun muda, tunas atau akar. Biang itu dimasukkan ke dalam medium berupa botol kaca bening yang telah disterilikan.
Botol terlebih dahulu diisi bahan pendukung seperti hormon, gula, vitamin berupa agar-agar, dan karbon aktif. Butuh waktu sebulan untuk menumbuhkan kalus atau bentolan atau bahan tunas dari daun. Dari sehelai daun muda kurang lebih seukuran penampang sendok makan akan menghasilkan 10 kalus. Kemudian secara berlipat ganda, masing-masing kalus dapat dikembangbiakkan lagi ke medium berbeda untuk mendapatkan 10 kalus lagi.
Dengan dua kali pembiakan kultur jaringan diperoleh 100 kalus (10 X 10), dan seterusnya dapat dilakukan sesuai kapasitas yang dikehendaki sehingga sehelai daun muda dapat menghasilkan satu juta tanaman baru dengan sistem kultur jaringan.
Semua tanaman dapat dikembangbiakkan dengan sistem kultur. Dari tanaman hias, buah-buahan hingga tanaman keras. Tanaman merambat, pohon besar, berakar tunggang, akar serabut termasuk pisang.
Pada kebun pembibitan di Jatibening, Bekasi, Karjono membiakkan antara lain tanaman hias berdaun indah nan mahal. Antara lain Aglaonema, dan Anthurium. beragam jenis Aglaonema, dan Anthurium tersedia, misalnya Anthurium Naga, Sweety, Kirky. Tanaman lain seperti pisang cavendis, nanas, jagung, kedelai, sawit, tembakau, kayu eboni, kayu jati emas.
Menurut Ova, sistem kultur inilah yang dikembangkan peneliti pertanian Thailand, sehingga komoditas pertanian Thailand unggul dengan produk-produk berlabel buntut 'Bangkok'. Tanaman yang dikloning, pertumbuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan dengan pembiakan konvensional. Kelebihan lainnya, tahan hama dan penyakit.
Dia membantah pendapat yang menyebut kualitas tanaman hasil kloning kurang baik. Jati misalnya, ada anggapan pori-porinya lebih kasar dengan ukuran pohon jati lokal, untuk mencapai ukuran sekitar 20 cm butuh waktu delapan tahun, sedangkan jati kloning hanya empat tahun. "Lalu orang membandingkan keduanya. Kalau mau yang betul, bandingkan dari segi umur, yakni jati hasil kultur dengan jati lokal yang sama-sama delapan tahun, kualitas pasti sama, tetapi ukuran jati kultur jauh lebih besar," ujarnya. (Persda Network/domu damianus ambarita)
kompas
Aglaonema Dan Budidaya
Diposting oleh emirgarden | Sabtu, Februari 07, 2009 | Aglaonema, Budidaya | 0 komentar »
Aglaonema disebut juga ‘Sri Rejeki’ atau ‘Chinese Evergreen’ merupakan tanaman dari family Araceae. Genus Aglaonema terdiri dari sekitar 30 spesies. Habitat asli tanaman ini adalah di bawah hutan hujan tropis, tumbuh baik pada areal dengan intensitas penyinaran rendah dan kelembaban tinggi. Kini berbagai macam aglaonema hybrida telah dikembangkan, memiliki penampilan tanaman yang sangat menarik. Hybrida dari bermacam warna, bentuk, ukuran daun sehingga jauh berbeda dari spesies alami.
Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Base monocots
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Subfamili : Aroideae
Suku/Genus : Aglaonemateae
Sifat Tanaman Dan Syarat Tumbuh
Sifat dari tanaman aglaonema beragam, ada yang dapat terkena sinar matahari dan ada juga yang harus ternaungi, sebagian aglaonema dapat hidup di tempat lembab dan sebagian lagi di tempat sedikit kering, tanaman aglaonema tergolong bandel, mudah dirawat dan cocok dijadikan tanaman indoor, apalagi aglaonema terkenal dengan motif daunnya yang indah. Syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pertumbuhan aglaonema yang optimal adalah lokasi, cahaya, kelembaban dan suhu
Lokasi yang ideal untuk merawat aglaonema adalah daerah yang berketinggian 300 – 400 m diatas permukaan laut,namun tidak menutup kemungkinan juga dapat tumbuh baik di dataran rendah, sesuai habitatnya aglaonema menyukai lokasi yang teduh dengan pencahayaan terbatas, intensitas sinar matahari berkisar antara 10 – 30%, kelembaban yang cocok untuk merawat aglaonema adalah 50 – 70%, di kisaran itu tanaman tumbuh baik, lebih dari 75% dapat menyebabkan tumbuhnya cendawan pada media tanam, selain itu juga suhu menunjang pertumbuhan, lokasi sebaiknya bersuhu 28 - 30˚C pada siang hari dan 20 - 22˚C malam hari dan dibantu juga dengan sirkulasi udara yang baik
Media Tanam
Untuk memiliki tanaman aglaonema yang tumbuh sehat dan baik diantaranya adalah dengan menggunakan media dengan komposisi yang pas, media dengan tingkat keasaman/pH dan porositas (Porous) yang ideal sangat baik untuk pertumbuhan aglaonema, media tanam aglaonema juga harus steril, yaitu bebas dari penyakit, tidak mudah lapuk dan hancur karena air, mudah diperoleh dan harganya terjangkau, aglaonema dapat tumbuh dengan baik pada media dengan pH 7 atau disebut juga pH netral yang kaya akan zat hara, angka pH dengan selisih 0,5 – 1 masih dianggap pH ideal. Porous artinya mudah mengeluarkan kelebihan air, tingkat porositas yang dibutuhkan pada media tanam sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu ketinggian dan kelembaban, pada dataran rendah yang panas dan bercurah hujan rendah, media tanam sebaiknya harus bisa menahan air sehingga media tidak kekeringan, sebaliknya di dataran tinggi yang umumnya sering hujan sebaiknya gunakan media dengan porositas tinggi agar kelebihan air mudah dikeluarkan. Berikut macam jenis unsur yang digunakan untuk media tanam aglaonema, yang tentunya dengan tingkat porositas yang berbeda dengan kekurangan kelebihan masing-masing, kombinasi beberapa unsur media dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan faktor lingkungan :
1. Pakis, sekam bakar, Pasir malang, humus (1;1;1;1)
2. Pakis, pasir malang, sekam bakar, cocopeat (2;1;1;1)
3. Pakis, sekam bakar, pasir malang, cocopeat (2;1;1;1)
4. Cocopeat, sekam bakar kompos organik (5;3;2)
5. Pakis, pasir malang, kaliandra (3;2;1)
Jenis unsur media tanam
- Pakis ; pakis dapat menyimpan air dengan baik dan memiliki drainase dan aerasi yang bagus, akar dapat menyerap air dengan mudah dan leluasa untuk berkembang, tidak mudah lapuk dan memiliki daya tahan cukup tinggi
- Sekam Bakar ; sekam bakar memiliki kelebihan unsur yang terletak pada sifatnya yang steril dan daya tahanya mencapai 1 tahun, aerasinya cukup baik namun daya serapnya terhadap air kurang baik, sehingga harus dicampur dengan unsur yang dapat menyerap air
- Pasir malang ; pasir malang unsur media yang tingkat porositasnya cukup baik, karena itu penggunaanya digunakan untuk mencegah media yang terlalu basah dan air yang menggenang
- Cocopeat ; cocopeat adalah sabut kelapa hasil olahan, unsur ini sangat cocok digunakan bila menginginkan media yang cukup lembab untuk aglaonema khususnya di daerah yang kering dan panas, cocopeat dapat menahan air cukup lama dalam jumlah yang banyak, namun sifatnya mudah lapuk
- Kaliandra – kaliandra cocok digunakan sebagai media di daerah kering dan panas, media ini cenderung cepat lembab sehingga rawan terjangkit cendewan pengganggu, sifatnya mudah lapuk dan hanya bertahan 4 – 6 bulan
Penyiraman
Aglaonema termasuk tanaman yang butuh air dalam jumlah cukup, jadi penyiraman hal penting yang mesti diperhatikan agar aglaonema tumbuh baik, tapi tidak sampai menggenangi medianya, frekuensi dan dosis penyiraman perlu diatur sesuai dengan kondisi media dan lingkungan setempat.
Pemupukan
Untuk menunjang pertumbuhan tanaman aglaonema kebutuhan nutrisi sangat penting, beragam merek pupuk majemuk/anorganik mudah diperoleh, bahkan saat ini sudah banyak beredar pupuk khusus aglaonema. Sebelum memilih, cermati dulu komposisi nutrisi dan penggunaanya, barulah cara dan dosis pemberiannya, pemberian pupuk dengan dosis rendah, tetapi sering diberikan akan menghasilkan tanaman kualitas baik dibanding dengan pemberian sesekali dengan dosis tinggi
Mengganti Media Tanam
Untuk menjaga agar kualitas aglaonema tetap baik perlu dilakukan penggantian media tanam, media tanam yang baik akan membuat aglaonema tumbuh dengan sehat, penggantian media tanam/repotting aglaonema dilakukan setiap 6-12 bulan sekali, repotting juga dibutuhkan oleh tanaman yang sudah terlalu besar sehingga tidak sebanding lagi dengan ukuran pot
Hama Dan Penyakit
Hama adalah hewan pengganggu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda diantaranya ;
1) Ulat – hama ulat ada yang menyerang daun, yaitu spodoptera sp dan ada juga yang menyerang batang, yaitu Noctuidae
2) Kutu putih (kutu kebul) – kutu ini sering menyerang aglaonema di dataran rendah dibanding di dataran tinggi. Kutu putih menyerang batang dan daun bagian bawah, kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun
3) Belalang – belalang menyerang tanaman aglaonema sama hal nya dengan ulat, yaitu menyerang daun
4) Kutu sisik – hama ini menyerang daun, pelepah, batang dan bunga, bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang lebih kecil, kutu sisik ini dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu dan akhirnya mati
5) Kutu Perisai – kutu ini menyerang bagian daun, kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun, kutu ini memiliki bentuk seperti perisai pada bagian punggungnya
6) Root mealy bugs – menyerang bagian akar tanaman, bentuknya seperti kutu putih, tanaman menjadi kurus, kerdil, daunya mengecil dan layu
Penyakit – penyakit pada tanaman khususnya aglaonema disebabkan oleh 2 patogen, yaitu cendawan dan bakteri. Jumlah cendawan yang menyebabkan penyakit pada umumnya lebih banyak dibanding bakteri, berikut penyakit yang biasanya menyerang aglaonema
1. Layu fusarium, gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi coklat keabuan lalu tanggkainya membusuk, penyebabnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam ber-pH rendah, yang kondisi tersebut membuat Fusarium oxysporium leluasa berkembang.
2. Layu Bakteri, ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tak sedap
3. Busuk Akar, ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, akarnya berwarna coklat kehitaman, yang disebabkan media terlalu lembab sehingga menyebabkan cendawan cepat berkembnag
4. Bercak daun, yang disebabkan oleh cendawan, penyakit ini ditandai dengan adanya bercak pada daun yang lama kelamaan membusuk
5. Virus, pada aglaonema ditandai dengan daun yang berubah menjadi kekuningan atau menjadi keriting, perubahan tersebut karena virus dapat menghancurkan klorofil dan jaringan lainnya pada daun, virus susah ditanggulangi, perawatan dan pengendalian lingkungan yang baik merupakan cara pencegahan yang paling efektif
Memperbanyak Aglaonema
Aglaonema bisa diperbanyak melalui 2 cara, yaitu generatif (kawin) dilakukan dengan cara menanam biji sedangkan vegetatif (tidak kawin) dilakukan melalui stek, pemisahan anakan, cangkok, dan kultur jaringan.
bbpp-lembang
Foto Aglaonema : Koleksi Bp. Gede. S (diambil dari milis aglaonema@yahoogroups.com)
Pupuk Bokashi, Dan Teknik Pembuatannya
Diposting oleh emirgarden | Kamis, Februari 05, 2009 | Pupuk | 0 komentar »Bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang dan lain-lain) dengan teknologi EM4 yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanah dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk
Cara Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang
Bahan-bahan :
• Pupuk kandang : 300 Kg
• Dedak : 50 Kg
• Sekam : 150 Kg
• Larutan gula/molase : 200 ml/20 sdm
• EM4 : 500 ml/50 sdm
• Air secukupnya.
Cara Pembuatan :
• Larutkan EM4 dan Gula kedalam air
• Pupuk kandang, sekam, dan dedak dicampur secara merata
• Siramkan EM4 secara perlahan-lahan kedalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30% Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan mudah pecah (megar).
• Adonan digundukan diatas ubin yang kering, dengan ketinggian minimal 15 - 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 4 - 7 hari
• Pertahankan suhu gundukan adonan maksimum 500C. Bila suhunya lebih dari 500C, turunkan suhunya dengan cara dibolak-balik, kemudian tutup kembali dengan karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukkan. Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali.
• Setelah 4 - 7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
bbpp-lembang
Bunga Matahari dan Khasiat Obat
Diposting oleh emirgarden | Selasa, Februari 03, 2009 | General, Obat | 0 komentar »
Uraian :
Herba anual (umumya pendek, kurang dari setahun), tegak, berbulu, tinggi 1 - 3 m, Ditanam pada halaman dan taman-taman yang cukup mendapat sinar matahari, sebagai tanaman hias. Termasuk tanaman berbatang basah, daun tunggal berbentuk jantung, bunga besar/bunga cawan, dengan mahkota berbentuk pita disepanjang tepi cawan, berwarna kuning, dan di tengahnya terdapat bunga-bunga yang kecil berbentuk tabung, warnanya coklat.
Nama Lokal :
Bungngong matahuroi, bungka matahari, purbanegara; Bunga panca matoari, bunga teleng matoari, Sungeng; kembang sarengenge, kembhang mataare, bungga ledomata; kembang sangenge, kembhang tampong are; Xiang ri kui (China).;
Komposisi / Sifat Kimiawi dan efek farmakologis :
Rasa lembut, netral. Bunga: Menurunkan tekanan darah, mengurangi rasa nyeri (analgetik). Biji : Anti dysentery, merangsang pengeluaran cairan tubuh (hormon, enzym, dll.), merangsang pengeluaran campak (measles). Daun: Anti radang, mengurangi rasa nyeri, anti malaria. Akar: Anti radang, peluruh air seni, pereda batuk, menghilangkan nyeri. Sumsum dari batang dan dasar bunga: Merangsang energi vital, menenangkan liver, merangsang pengeluaran air kemih, menghilangkan rasa nyeri pada waktu buang air kemih. KANDUNGAN KIMIA: Bunga : Quercimeritrin, helianthoside A,B,C , oleanolic acid, echinocystic acid. Biji : Beta-sitosterol, prostaglandin E, chlorogenic acid, quinic acid, phytin, 3,4-benzopyrene. Dalam 100 g minyak biji bunga matahari: Lemak total: 100, lemak jenuh: 9,8: lemak tidak jenuh: Oleat 11.7 dan linoleat 72.9, cholesterol.
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Hipertensi, Sakit kepala, Sakit gigi, nyeri menstruasi, reumatik; Nyeri lambung, radang payudara, Sulit melahirkan, Disentri, Campak; Infeksi saluran kencing, Bronkhitis, Batuk, Keputihan, Malaria;
Bagian Yang Dipakai:
Seluruh tanaman. Untuk penyimpanan: dikeringkan.
Kegunaan :
Bunga: Tekanan darah tinggi, mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala,
pusing, sakit gigi, nyeri menstruasi (dysmenorrhoe), nyeri
lambung (gastric pain), radang payudara (mastitis), rheumatik
(arthritis), sulit melahirkan.
Biji: Tidak nafsu makan, lesu, disenteri berdarah, merangsang
pengeluaran rash (kemerahan) pada campak, sakit kepala.
Akar: Infeksi saluran kencing, radang saluran nafas (bronchitis), batuk
rejan (pertussis), keputihan (leucorrhoe).
Daun: Malaria.
Sumsum dari batang dan dasar bunga (reseptaculum):
Kanker lambung, kanker esophagus dan malignant mole. Juga untuk
nyeri lambung, buang air kemih sukar dan nyeri (dysuria), nyeri buang
air kemih pada batu saluran kencing, air kemih berdarah (hematuria)
dan ari kemih berlemak (chyluria).
Pemakaian:
Bunga: 30 - 90 gr.
Dasar bunga (Receptaculum): 30 - 90 gr.
Sumsum dari batang: 15 - 30 gr. rebus.
Akar : 15 - 30 gr.
Pemakaian Luar : Terbakar, tersiram air panas, rheumatik.
Cara Pemakaian :
Bunga (Flower head) :
1. Sakit kepala:
25 - 30 gr bunga + 1 butir telur ayam (Tidak dipecahkan) + 3 gelas
air, direbus menjadi 1/2 gelas. Diminum sesudah makan, 2 x sehari.
2. Radang payudara (Mastitis):
Kepala bunga (tanpa biji), dipotong halus-halus, kemudian dijemur.
Setelah kering digongseng/sangrai sampai hangus, kemudian
digiling menjadi serbuk/tepung. Setiap kali minum 10-15 gr,
dicampur arak putih + gula + air hangat. 3 kali sehari, minum
pertama kali harus keluar keringat. (Tidur pakai selimut).
3. Rheumatik:
Kepala bunga digodok sampai menjadi kanji, ditempelkan ke tempat
yang sakit.
4. Disentri :
30 gr biji diseduh, kemudian ditim selama 1 jam. Setelah diangkat,
ditambahkan gula batu secukupnya, minum.
Akar :
1. Kesulitan buang air besar dan kecil:
15 - 30 gr akan segar direbus, minum.
2. Infeksi saluran kencing:
30 gr akar segar direbus. (jangan lama-lama, sewaktu baru mendidih,
diangkat), minum.
Catatan : Sumsum dari batang dan dasar bunga berisi hemicellulose, yang menghambat sarcoma 180 dan ehrlich ascitic carcinoma pada tikus. Ekstrak dari sumsum dapat menghancurkan nitrosamine dan dapat untuk pencegahan dan pengobatan tumor saluran cerna (Tractus digestivus).
PERHATIAN : Wanita hamil dilarang minum rebusan bunga !
iptek-net
Sansevieria Dan Budidaya
Diposting oleh emirgarden | Minggu, Februari 01, 2009 | Budidaya, Sansevieria | 1 komentar »
Sebagai tanaman hias sansevieria sangat mudah dirawat, tidak membutuhkan banyak lahan, dan dapat berfungsi sebagai penyerap polutan. Ketiganya adalah sifat utama sansevieria yang memenuhi kriteria terhadap tuntutan masyarakat yang semakin sibuk, tak punya lahan yang luas, serta sarat dengan polusi.
Alasan kenapa tanaman ini mempunyai banyak ragam adalah karena perbanyakan yang dilakukan pada tanaman ini tidak selalu menghasilkan jenis yang sama dengan induknya. Kecantikan sansevieria ditunjukkan dari ragam jenis, bentuk, ukuran, dan warna daun. Ragam jenis yang ada di alam tidak hanya diperoleh dari persilangan tanaman tetapi juga karena mutasi. Tanaman ini mudah mengalami mutasi, bahkan saat dilakukan pengembangbiakan melalui stek daun, yang seharusnya anakan akan seperti induknya namun pada sansevieria akan sering terjadi mutasi sehingga anaknya berbeda dengan induknya. Selain itu keistimewaanya adalah ada berbagai ukuran daun baik yang besar, kecil, bentuk memanjang atau pendek, melebar atau membulat juga corak warna yang juga beragam.
Daya tarik lainnya adalah mampu tumbuh di naungan yang sangat minim cahaya dan pada tempat yang mendapat cahaya penuh. Tetap tumbuh pada kondisi kering sehingga jika beberapa hari tidak disiram pun tanaman ini masih mampu tumbuh. Pembudadayaanya pun sangat sederhana dan mudah.
7 (tujuh) syarat yang harus dimiliki tanaman agar menjadi tren dan diterima masyarakat yaitu cantik, variasi bentuk beragam, variasi warna tinggi, perawatan mudah, tingkat perbanyakan sedang, pertumbuhan lambat, serta bersifat anti polutan dan anti radiasi sejalan dengan penelitian NASA yang menyebutkan sansevieria mampu menyerap 107 polutan udara. Jadi semua sayarat untuk jadi tren terpenuhi oleh sansevieria. Tanaman ini mempunyai jalur metabolisme CAM (Crasulaceaen Acid Metabolism), dimana di malam hari penyerapan oksigen sedikit sehingga tidak mengganggu proses pernafasan manusia.
Bertambahnya variasi penampilan dan karakter sansevieria juga banyak dipengaruhi karena adanya mutasi dari spesies yang sama sehingga menampilkan bentuk, ukuran, dan warna daun yang berbeda. Mutasi dapat terjadi akibat perbanyakan melalui stek daun dan karena adanya pengaruh dari factor lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, suhu, dan pengaruh cahaya. Sinar matahari memiliki spectrum yang beragam berdasarkan panjang gelombang elektromagnetik, salah satunya adalah sinar X dan gamma yang bergelombang pendek. Keduanya merupakan radiasi pengion yang dapat melepas energi (ionisasi) ketika melewati atau menembus materi. Proses ionisasi itu terjadi dalam jaringan tanaman sehingga menyebabkan perubahan sel, genom, kromosom, dan DNA atau gen. Perubahan ini disebut mutasi, hanya saja intensitas sinar X dan gamma dalam sinar matahari sangat rendah sehingga mutasi di alam sangat lamban. Mutasi juga dapat terjadi dengan menginduksi mutagen yang berasal dari bahan-bahan kimia yang ditransfer ke molekul lain yang memiliki kepadatan electron yang cukup tinggi sehingga struktur DNA pada tanaman berubah. Meski demikian adakalanya tanaman mutasi kembali normal apabila dikembangbiakan secara generatif. Walaupun mengalami mutasi, tanaman mutan tetap menyimpan gen normal. Pada generasi tertentu gen normal itu berpeluang muncul kembali. Mutasi akan bertahan bila bagian tanaman yang mengalami mutasi diisolasi dan diperbanyak dengan kultur jaringan.
Kesamaan sosok sansevieria pada jenis-jenis tertentu mudah mengecoh. Perbedaan fisik meskipun hanya sedikit kadang jadi alasan untuk menaikkan harga dengan memberi nama baru. Penamaan yang tidak mengacu pada sumber yang benar akan membuat tanaman ini mempunyai dua nama. Kerancuan ini dapat terjadi karena tanaman kurang cocok dengan lingkungan yang baru sehingga penampilannya berubah. Sansevieria mudah berubah bentuk, penampilan baru ini kerap stabil sehingga nama barunya menjadi paten.Sansevieria trifasciata yang merupakan spesies, paling banyak menghasilkan varian-varian baru karena adanya penyimpangan, menghasilkan kurang lebih 60 varian. Sementara yang termasuk kedalam sansevieria species ada lebih dari 140 jenis.
Syarat Tumbuh
Sansevieria memerlukan media dan udara yang tidak lembab, suhu optimal siang hari 24-29˚C dan malam hari 18-21˚C, serta tumbuh ideal dengan pencahayaan penuh meski tetap tumbuh jika cahaya kurang.
Media
Pemilihan media dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu ketinggian tempat, ketersediaan bahan, dan iklim. Syarat utama media untuk sansevieria adalah porous. Adapun alternative pilihan adalah sebagai berikut :
1. Pasir malang : tanah : pupuk organic : bahan organik (arang sekam, cocopeat atau cacahan pakis) 2 :1 : 1 : 1
2. Pasir malang : sekam bakar 2 : 1
3. Sekam bakar : pasir malang : pupuk kandang 1 : 1 : 1 atau 1 : 2 : 1
4. Sekam bakar : pasir malang : pakis 2 : 1 : 1
Pemupukan
Pemupukan yang paling tepat adalah menggunakan pupuk majemuk yang bersifat slow release. Pupuk ini berbentuk butiran dengan cara pemberian ditebar di permukaan media. Karena sansevieria merupakan tanamana hias daun maka kandungan N yang tinggi sangat diperlukan. Pemberian pupuk adalah 2-3 bulan sekali. Dapat ditambahkan pula pupuk daun atau pupuk cair lengkap yang merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsure makro dan mikro yang diaplikasikan melalui daun 2-4 minggu sekali.
Penyiraman
Frekuensi penyiraman disesuaikan dengan kelembaban media. Pada musim kemarau cukup 2-3 hari sekali.
Hama Penyakit
Hama yang sering menyerang adalah ulat, siput telanjang, dan trips. Penyakit yang sering menyerang antara lain jamur Aspergillus niger yang menyebabkan busuk rimpang, bakteri Erwinia carotovora yang menyebabkan busuk basah, jamur Fusarium moniliforme yang menyebabkan busuk daun, jamur Sclerotium rolfsii yang menyebabkan bercak kering, dan nematoda Meloidogyne spp yang menyerang perakaran sansevieria. Pengendalian yang dilakukan dapat secara preventif, kuratif ataupun kimiawi tergantung seberapa berat serangan yang terjadi.
Perawatan Sansevieria Variegata
Sansevieria variegata lebih lemah dibanding yng normal karena jumlah kloroplas tanaman variegata lebih sedikit, sehingga penyerapan cahaya matahari tidak optimal. Bila persentase variegata cenderung mendominasi maka kebutuhan cahaya ikut berkurang, bila berlebih maka bagian variegata akan terbakar, maka mutlak diperlukan jaring peneduh misal shading net 50-60%. Tanaman sebaiknya ditanam pada media 100% pasir dan diberikan pupuk seimbang yang bersifat slow release yang dicampur kedalam media.
Pemasungan Sansevieria
Untuk sansevieria yang berdaun tebal dan panjang, arah pertumbuhannya sering tidak beraturan, maka diperlukan modifikasi yaitu pasungan dengan teknik jepit untuk mengarahkan pertumbuhan daun dan jarak antar daun akan menjadi sama. Teknik jepit ini menggabungkan bambu yang keras dengan styrofoam yang lembut agar daun sansevieria tidak terluka. Styrofoam berada di bagian dalam yang bersentuhan langsung dengan daun sedang bambu di bagian luar sebagai penyangga. Bisa juga digunakan bahan lain.
Perbanyakan
Sansevieria dapat diperbanyak secara generatif dengan perkawinan bunga untuk mendapatkan hybrid baru tetapi memerlukan waktu yang lama dalam pembungaan dan pemasakan biji. Selain itu, perbanyakan dapat pula dilakukan secara vegetatif, cara ini yang sering banyak dilakukan. Diantaranya adalah dengan pisah anakan, stek daun, potong pucuk, cacah daun, cabut pucuk, stek rimpang, dan kultur jaringan.
1. Pisah anakan merupakan cara konvensional. Anakan dipisah setelah 2-4 bulan. Pada bagian yang terpotong diolesi fungisida dan zat perangsang akar, setelah ditanam disimpan di tempat teduh.
2. Stek daun dapat dilakukan pada daun yang tua. Stek daun mampu menghasilkan anakan yang berbeda dengan induknya. Pada jenis sansevieria yang memiliki kombinasi warna kuning dan hijau, perbanyakan stek daun umumnya menghasilkan anakan berdaun hijau. Daun dipotong 5-10 cm yang dicelupkan kedalam zat perangsang akar, ditanam 1-1,5 cm disiram dan ditempatkan di tempat teduh. Tunas anakan muncul setelah berumur 3-4 bulan.
3. Potong pucuk untuk sansevieria berdaun pendek dengan daun minimal 12 daun, dengan memotong pucuk minimal 3-4 daun dan dijaga agar daun satu dengan lainnya tetap melekat, dioles fungisida dan zat perangsang akar kemudian ditanam, disimpan ditempat yang teduh. Selang 1 bulan akan keluar 2-3 anakan.
4. Cacah daun dilakukan dengan cara memotong-motong daun sansevieria dalam ukuran kecil yaitu 5 cm dan jumlah yang banyak. Bagian daun mulai dari ujung sampai ke pangkal digunakan untuk perbanyakan. Setelah 4-5 bulan atau memiliki 3 daun maka anakan siap dipisah.
5. Teknik cabut pucuk cocok untuk sansevieria berdaun renggang. Caranya dengan mencabut daun termuda dengan menggunakan tangan, 1 bulan akan keluar 1-3 anakan.
6. Stek rimpang dilakukan dengan memotong-motong rimpang yang tua, setiap potongan harus memiliki satu mata tunas, diolesi fungisida dan zat perangsang akar kemudian ditanam.
7. Metode kultur jaringan digunakan untuk melestarikan jenis sansevieria yang langka dan memiliki tingkat pertumbuhan yang lambat. Eksplan yang biasa digunakan adalah tunas pucuk, tunas lateral pada bonggol atau pucuk rimpang.
Repotting
Repotting dilakukan dengan hati-hati agar tanaman tidak stress, goncangan dihindari seminimal mungkin, apabila ada bagian tanaman yang patah diolesi fungisida, akar yang membusuk dipotong, apabila tanaman yang dipindah telah mempunyai anakan maka anakan harus telah mempunyai 5-6 helai daun untuk mengurangi resiko kematian kemudian disiram, penyiraman selanjutnya dilakukan 3 hari kemudian.
bbpp-lembang