Musim mudik telah tiba !. Bagi anda aglaovers yang telah mengagendakan mengunjungi sanak saudara dan kampung halaman pada lebaran kali ini sehingga harus meninggalkan koleksi aglo tanpa ada yang merawat, sedangkan anda sendiri masih belum tahu harus bagaimana ?. Mungkin tips sederhana berikut ini akan sangat membantu. Ya, dengan menyungkup aglo. Cara yang sama persis ketika kita memisahkan anakan aglo dari induknya.
Prinsip dasar penyungkupan aglo adalah memasukkan aglo kedalam “gelembung” plastik transparan yang tertutup rapat, sehingga penguapan bisa dicegah atau setidaknya dikurangi. Dengan berkurangnya penguapan, maka aglo bisa bertahan lebih lama, walaupuntanpa penyiraman rutin. Langkah-langkap penyungkupan aglo ketika ditinggal mudik yang saya lakukan adalah sebagai berikut :
1. Pastikan bahwa aglo dalam keadaan baik dan sehat. Aglo yang kurang sehat dan terserang penyakit, jamur atau serangga (kalau masih sempat) sebaiknya “disehatkan” terlebih dahulu. Aglo yang tidak sehat meningkatkan resiko kegagalan proses penyungkupan.
2. Pastikan bahwa aglo tidak sedang kekurangan pasokan unsur hara. Berikan pupuk lambat urai secukupnya, untuk lebih menjamin pasokan makanan selama ditinggal mudik.
3. Sebelum dimasukkan kedalam “gelembung” plastik, aglo dispray dengan air untuk lebih menyegarkan daunnya sekaligus untuk membersihkan kotoran yang mungkin menempel.
4. Selanjutnya media tanam disiram dengan rata dan jenuh, tandanya air telah keluar dari dasar pot. Setelah disiram, aglo jangan langsung dimasukkan kedalam sungkup. Tetapi tunggu sampai daun aglo kering benar dan media tanam sudah tidak becek (cukup lembab saja). Umumnya setelah 24 jam (atau tergantung daerah tempat anda tinggal) dari saat penyiraman terakhir, kondisi media tanam sudah tidak becek dan aglo siap untuk disungkup.
5. Untuk lebih menjamin agar aglo kesayangan kita tidak terserang jamur, kita bisa mencampurkan fungisida kedalam air spray maupun penyiraman media tanam. Dosis yang biasa saya pakai setengah dari dosis biasa. Pastikan pula bahwa ketika menyiram media tanam, air siraman cukup melarutkan pupuk lambat urai yang kita taburkan.
6. Selanjutnya masukkan aglo kedalam “gelembung” plastik transparan. Ukuran plastik yang saya gunakan adalah lebar 60 Cm. Ditoko plastik, plastik ukuran ini bisa dibeli dengan harga Rp. 13.000/bungkus (isi 8 lembar). Ukuran ini umumnya cukup untuk “menampung” aglo remaja sampai indukan. Untuk aglo dengan ukuran lebih kecil, bisa digunakan plastik ukuran 40 atau 50 cm. Caranya, masukkan aglo kedalam plastik, lalu buat atau usahakan semaksimal mungkin agar plastik menggelembung sebelum diikat ujungnya. Untuk membantu menggelembungkan plastik dengan maksimal, kita bisa menggunakan pompa untuk ban atau pompa balon. Setelah plastik menggelembung kuat, ikat ujung plastik dengan karet yang kencang, sehingga udara tidak bisa keluar. Dengan gelembung plastik yang besar, maka daun-daun aglo akan lebih terlindung dari kemungkinan terkena gesekan/tekanan dinding plastik.
Pengalaman saya, dalam waktu 2-3 hari, gelembung plastik sudah mulai berkurang tekanan udaranya. Dan menjadi sedikit “lemas”. Apabila kita berencana meninggalkan aglo dalam waktu yang lebih lama, maka ukuran plastik dan volume udara didalamnya harus diperhatikan.
7. Langkah terakhir adalah letakkan aglo yang telah disungkup kedalam tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung, untuk menjamin efektifitas penyungkupan. Bisa di teras rumah yang teduh, atau kalau perlu masukkan kedalam rumah.
8. Pengalaman saya selama ini, apabila penyungkupan dilakukan secara benar, aglo bisa bertahan dengan sehat sampai lebih dari dua mingguu. Seorang teman saya pernah mencoba bahkan lebih dari tiga minggu. Kuncinya adalah pada “gelembung” plastik yang digunakan. Untuk mengurangi resiko daun rusak karena terkena gesekan/tekanan dinding plastik yang kempes, maka ujung plastik bisa diikat dengan menggunakan benang kasur, dan diikatkan ke paku atau pengait yang terletak lebih tinggi, sehingga ketika tekanan udara dalam “gelembung” berkurang dan plastik menjadi lemas, maka dinding plastik tidak “menimpa” daun aglo dengan lebih keras.
Selain penyungkupan, satu hal lain yang juga sangat penting dilakukan adalah meletakkan aglo ditempat yang cukup aman. Mengingat masa-masa mudik lebaran sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk berbuat negatif. Ingat ! bagaimanapun juga harus selalu waspada, atau maling akan memindahkan status kepemilikan aglo anda. Semoga membantu
Ketika Aglo Ditinggal Mudik
Diposting oleh emirgarden | Jumat, September 19, 2008 | Aglaonema, Tip dan Trik | 4 komentar »Selain pupuk sebagai sumber nutrisi, tanaman juga memerlukan beberapa unsur (Zat) lain untuk mengendalikan dan mendukung kelangsungan hidupnya. Unsur tersebut biasa disebut dengan Zat Pengatur Tumbuh atau ZPT. Selama ini ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi lima tipe utama ZPT yaitu : Auksin, Sitokinin, Giberelin, Asam Absisat dan Etilen.
1. Auksin
Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (Indo-leacetic Acid), PAA (Phenylacetic Acid) dan IBA (Indolebutric Acid). Auksin juga sudah diproduksi secara sintetic, seperti NAA (Napthalene Acetic Acid) 2,4 D dan MCPA (2-Methyl-4 Chlorophenoxyacetic Acid).
Auksin secara sederhana digambarkan sebagai berikut :
adalah ZPT yang memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar. Auksin bersifat memacu perkembangan meristem akar adventif sehingga sering digunakan sebagai zat perangsang tumbuh akar pada stek tanaman. Auksin juga mempengaruhi perkembangan buah, dominasi apikal, fototropisme dan geotropisme.
Kombinasi auksin dengan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh, sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
2. Sitokinin
Sitokinin secara sederhana digambarkan sebagai ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinensis), mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong perkecambahan dan menunda penuaan. Sitokinin secara alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif, terutama pada akar, embrio dan buah. Ahli biologi tumbuhan menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin bersifat menunda penuaan daun, bunga dan buah.
Pada tanaman, efek sitokinin sering dipengaruhi oleh keberadaan Auksin. Interaksi antagonis antara keduanya merupakan salah satu cara tanaman dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas.
3. Giberelin
Secara umum, Giberelin diketahui sebagai sebuah ZPT yang mampu mendorong perpanjangan batang, mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, memacu pembungaan, serta mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji. Saat ini ditemukan ada 110 macam senyawa giberelin yang biasa disingkat dengan kode GA, dimana setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya, misalnya GA-6.
Giberelin umumnya meningkatkan kinerja auksin, walaupun mekanisme interaksi diantara keduanya belum diketahui secara pasti. Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman. Biji-biji yang memerlukan kondisi khusus untuk berkecambah, akan segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin.
4. Asam Absisat (ABA)
ABA secara umum diketahui menghambat pertumbuhan, merangsang penutupan somata pada waktu kekurangan air, serta mempertahankan dormansi.
Pada musim dingin atau kering, merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi menjadi dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu ABA yang dihasilkan oleh kuncup menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal pada kambium pembuluh sehingga menunda pertumbuhan primer dan sekunder. ABA juga memberi sinyal pada kuncup untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Disebut dengan asam absisat karena ZPT ini menyebabkan absisi / kerontokan daun tumbuhan pada musim gugur
Selain berperan pada dormansi, ABA disebut juga Sress Plant Growth Hormone, yang membantu tanaman menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan, misalnya pada keadaan kekurangan air, ABA dikonsentrasikan di daun dan menyebabkan stomata daun menutup. Hal ini walaupun mengurangi laju fotosintesis, tetapi juga menyelamatkan tanaman dari kehilangan air melalui proses transpirasi.
5. Etilen
Secara umum, Etilen diketahui sebagai ZPT mendorong pematangan, memberikan pengaruh yang berlawanan dengan yang diberikan auksin, mendorong atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, batang dan bunga, serta meristem apikal tunas ujung, daun muda dan embrio dalam biji.
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan yang melibatkan konversi pati atau asam-asam organik menjadi gula, pelunakan dinding-dinding sel atau perusakan membrane sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga jaringan mengering.
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun pada pada setiap musim gugur yang diawali dengan terjadinya perubahan warna, kemudian daun mengering dan gugur adalah juga merupakan proses penuaan.
Seperti telah kita ketahui, penggunaan ZPT sintetik telah banyak digunakan dalam pertanian modern akhir-akhir ini. Dengan ZPT sintetik, kita bisa mengendalikan pertumbuhan tanaman, mengendalikan gulma dan pengawetan buah-buahan. Akan tetapi juga harus diingat bahwa, penggunaan ZPT sintetik secara berlebihan, akan menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan yang serius. Semoga membantu.
Sumber : Tulisan ibu Thari Wie (www.omahijo.com) serta milist adeniumania@yahoogroups.com
Beberapa waktu yang lalu, dari sebuah Forum di www.kaskus.us saya membaca sebuah Thread tentang Pestisida Alami. Posting yang sama juga saya temui di beberapa milis besar tanaman hias. Sebuah artikel yang sangat menarik, mengingat semua bahan baku yang digunakan untuk meramu pestisida tersebut 100 persen natural, sehingga cukup aman digunakan. Walaupun bersifat alami dan kelihatan sederhana, tetapi keampuhannya cukup bisa diandalkan, terutama untuk mengatasi serangan dini pada tanaman hias kesayangan kita. Bahan-bahan yang cukup mudah didapat, serta kemudahan dalam meramunya merupakan nilai tambah tersendiri. Berikut ini adalah thread tersebut :
Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama, dan hanya digunakan bila diperlukan. Jangan menggunakan pestisida alami bila tidak terdapat hama atau tidak ada tanaman yang rusak.
Bahkan, sebaiknya masih belum digunakan bila hanya terdapat sedikit kerusakan tanaman. Luangkan waktu untuk mengamati apakah predator hama memakan hama-hama dan apakah hama-hama tersebut menyebar dengan cepat atau lambat, bila masih ada predator hama, sebaiknya biarkan mereka yang bekerja.
Beberapa insektisida alami sangat kuat dan akan membunuh segala serangga, yang merugikan dan yang bermanfaat. Hati-hatilah karena sebagian besar serangga sebenarnya tidak membahayakan tanaman Anda dan membunuh mereka justru bisa menciptakan masalah di kemudian hari.
A. INSEKTISIDA ALAMI
1. Semprotan Serangga ( Semprotan Biologis )
Ambillah segenggam hama serangga yang makan tanaman Anda, tumbuk dan aduk dalam seember kecil air. Biarkan selama 2 hari. Saring cairan tersebut dan semprotkan ke tanaman yang rusak. Hama yang sama seperti hama dalam semprotan itu akan menghindari cairan tersebut. Bekas-bekas tubuh serangga dapat dimasukkan di wadah dan diletakkan mengitari tanamantanaman. Aroma tersebut akan terus menolak hama. Semprotan tersebut efektif untuk cacing, ulat bulu, keong, siput dan berbagai hama kecil, namun kurang efektif untuk belalang.
2. Semprotan Nimba ( Mimba )
Tanaman ini dapat dipakai untuk semprotan insektisida alami yang aman dan efektif. Nimba dapat dipakai pada hampir semua serangga, termasuk nyamuk. Terkadang memerlukan waktu beberapa minggu untuk menunggu efeknya karena untuk beberapa jenis serangga, nimba bekerja dengan memutus daur perkembangbiakan serangga tersebut. Nimba merupakan salah satu tanaman terbaik untuk digunakan karena aman bagi manusia dan tidak menimbulkan banyak masalah bagi serangga yang menguntungkan, khususnya predator hama. Dalam kondisi tertentu bahkan bisa meningkatkan produksi ulat yang berguna! Keong/siput, nematode, lebah penyengat, ulat, ngengat, penggerek daun, lalat, nyamuk, dan belalang adalah beberapa jenis serangga yang dapat dikendalikan dengan nimba.
Cara menggunakan nimba:
- Tumbuklah biji nimba dan masukkan ke dalam kantong kain. Masukkan kantong kain ini dalam ember atau drum berisi air selama semalam. Gunakan 500 gr biji nimba untuk tiap 10 liter air. Gunakan sebagai semprotan pada serangga hama dan tanaman yang terserang. Biji nimba ini lebih efektif daripada daunnya.
- Ambillah segenggam besar daun nimba segar, lumatkan, dan masukkan ke dalam seember air. Biarkan selama 2 hari, kemudian buanglah daunnya dan gunakan sebagai semprotan.
- Keringkan segenggam penuh daun nimba, tumbuk, dan masukkan ke dalam air. Biarkan selama 2 hari, saring dan gunakan sebagai semprotan.
- Semprotan nimba ini juga dapat dibuat dengan merendam biji nimba yang telah dihancurkan dalam alkohol, atau membuat minyak dari biji nimba dengan menggunakan suatu alat pengepres minyak. Metode ini lebih mahal namun dapat menghasilkan produk yang lebih kuat.
3. Semprotan Bawarng Putih dan Lombok
Campur 3 biji bawang putih yang sudah dikupas dengan segenggam lombok dan rebuslah dalam sepanci air. Tambahkan ¼ balok sabun, aduk rata kemudian biarkan selama sehari. Saring cairan tersebut dan gunakan 2 cangkir larutan tersebut untuk satu kali penyemprotan. Bawang putih merupakan sebuah insektisida, fungisida dan penolak hama. Lombok juga merupakan sebuah insektisida dan penolak hama. Sabun akan membantu semprotan untuk melekat pada tanaman dan serangga. Gunakan larutan ini untuk aphid, cacing, ulat bulu, dan ngengat.
4. Semprotan Daun Pepaya
Kumpulkan 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar), lumatkan, dan campurkan ke dalam 1 liter air, lalu biarkan selama 1 jam. Saring dan tambahkan 4 liter air lagi dan 1 sendok besar sabun. Semprotkan pada hama serangga. Semprotan pepaya ini dapat digunakan untuk aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu. Untuk rayap, tumbuk buah papaya muda dan kumpulkan jus/ sarinya. Semprotkan langsung ke rayap-rayap dan kayu-kayu yang rusak
5. Semprotan Sari ( Juice ) Jahe
Parut segenggam penuh jahe dan masukkan ke dalam seember air. Biarkan selama sehari, lalu semprotkan ke tanaman yang rusak untuk mengontrol larva ulat dan ulat bulu
6. Semprotan Daun Talas
Daun-daun talas mengandung asam lisollic. Bila serangga memakannya, ibarat manusia merasa makan pecahan gelas! Cara meraciknya, tumbuk 10 lembar daun talas dan masukan dalam 3 liter air (½ ember), aduk dengan baik. Percikkan ke tanaman dengan menggunakan sapu lidi. Pastikan masing-masing tanaman terciprat larutan ini untuk perlindungan yang baik terhadap serangga
7. Semprotan Daun Tomat
Daun tomat merupakan insektisida alami dan fungisida ringan, dapat digunakan untuk aphid, semut, cacing, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, nematoda, lalat putih, jamur dan bakteri pembusuk.
Cara membuatnya, masaklah 1 kg daun tomat dalam 2 liter air selama 30 menit, tambahkan lagi potongan 2 genggam daun, batang dan buahnya, dan 2 liter air. Aduk bahan-bahan tersebut, lalu biarkan selama
6 jam (½ hari). Saring dan tambahkan ¼ batang sabun. Semprotkan larutan ini setiap 2 hari bila jumlah serangga, khususnya ngengat, cukup banyak.
TETAPI WASPADALAH!
Daun tomat ketika dipakai sebagai insektisida bersifat racun bagi manusia. Ini disebabkan karena unsur kimia yang ada dalam daun tomat menjadi jauh lebih pekat konsentrasinya. Gunakan sarung tangan dan penutup hidung serta mulut sekaligus saat menyemprotkannya.
8. Semprotan Lem
Semprotan lem bisa dibuat dari sisa air rebusan singkong, talas, atau kentang. Serangga kecil akan menempel pada lem ini dan akhirnya menyebabkan serangga tersebut mati lemas. Semprotan ini berguna untuk aphid, ulat bulu dan lalat putih, namun cobalah juga pada serangga kecil lainnya. Caranya, campurkan air sisa memasak singkong, talas, atau kentang dengan air tambahan untuk membuat larutan. Kekuatannya bervariasi tergantung jenis tanaman yang digunakan, kira-kira saja. Semprotkan pada tanaman. Larutan yang baik akan menyisakan lapisan tipis pada tanaman ketika larutan kering.
9. Semprotan Sabun
Semprotan ini efektif untuk siput, keong, aphid, ulat bulu, kumbang kecil, dan serangga-serangga pemakan daun lainnya. Caranya, gunakan 1 sendok besar sabun bubuk atau cair per liter air. Semprotkan hanya pada hama atau tanaman yang rusak. Anda juga dapat menggunakan bekas air cucian piring atau pakaian kotor untuk membuat pestisida ini.
10. Semprotan Sari ( Juice ) Buah Pinang
Getah buah pinang dikenal sebagai racun yang efektif untuk bekicot dan jenis siput lainnya! Kumpulkan getah buah pinang dalam sebuah ember, campur dengan air dan semprot langsung pada siput. Bahan semprotan ini bisa dari buah pinang atau kapur sirih, atau kombinasi keduanya. Semprotkan di bagian luar bedeng sayuran Anda untuk menghalangi siput masuk. Namun, semprotan ini tidak disarankan untuk disemprot langsung ke tanaman. Lakukan secara teratur.
11. Semprotan Daun Tembakau
Semprotan tembakau sebaiknya digunakan sebagai alternatif terakhir. Gunakan pelindung yang baik dan lindungi tangan dan wajah Anda ketika membuat dan menggunakan semprotan tembakau. Daun tersebut sangat beracun dan dapat membunuh serangga yang berguna juga. Semprotan daun tembakau dapat digunakan untuk sebagian besar hama serangga. Caranya, rendam 1 kg (1 tas plastik) tumbukan daun tembakau dalam 15 liter air selama 1 hari 1 malam. Tambahkan 2 sendok besar cairan sabun atau sabun batangan dan aduklah dengan baik. Saringlah dan gunakan sebagai semprotan. Bisa juga dengan mengeringkan daun dan menumbuknya hingga menjadi bubuk. Bubuk ini bisa digunakan untuk aphid, keong, siput, ulat bulu, dan virus daun keriting. Jangan gunakan bahan ini pada tanaman tomat, kentang, terong, lombok, atau bunga mawar. Semut menyebabkan masalah melalui penggalian mereka dan pemindahan benih-benih. Mereka sama sekali tidak pernah bisa dihilangkan, tapi efek-efek mereka dapat dikurangi. Untuk kerusakan akar, coba gunakan penyemprotan biologis, cabe, bawang putih, tomat, atau tembakau.
B. FUNGISIDA ALAMI
1. Semprotan Nimba ( Mimba )
Anda dapat menggunakan bahan ini sebagai fungisida alami. Buatlah racikan dari biji nimba sama seperti untuk pestisida alami, dan semprotkan pada jamur dan karat jamur. Ini juga bisa berhasil pada jamur lain, tapi penelitian untuk itu sedang dilakukan. Lakukan uji coba sendiri.
2. Semprotan Teh Rumput Laut
Kumpulkan sedikit rumput laut segar, bilas dengan air untuk menghilangkan garamnya, kemudian masukkan ke dalam seember air. Biarkan selama 2 minggu, kemudian semprotkan pada tanaman yang terserang jamur.
3. Semprotan Urin
Campurkan 1 bagian urin manusia pada 4 bagian air. Semprotkan ke tanaman atau pohon yang terserang jamur, seperti jamur tepung, jamur merambat dan jamur-jamur lainnya.
4. Semprotan Susu Bubuk
Campurkan 1 liter susu segar atau susu bubuk dengan 10 liter air. Semprotkan sekali setiap sepuluh hari pada sayuran atau pohon yang terserang jamur, lumut, atau virus bercak.
5. Semprotan Daun Ubi Jalar
Potong dan rendam 3 genggam besar daun ubi jalar dalam 1 ember air. Biarkan selama 1 hari, kemudian gunakan sebagai semprotan jamur khususnya penyakit jamur pada padi.
6. Semprotan Bawang Putih
Keringkan bawang putih dan tumbuk menjadi tepung. Campurkan satu sendok besar tepung bawang putih dengan 1 liter air dan gunakan sebagai semprotan pada jamur-jamur di tanaman tomat dan buncis.
7. Semprotan Daun Pepaya
Semprotan pepaya yang digunakan pada serangga dapat juga digunakan sebagai fungisida ringan untuk jamur karat pada kopi, jamur tepung dan noda coklat pada daun padi.
Silahkan mencoba, semoga membantu.
Seperti halnya manusia, tanaman hias juga memerlukan nutrisi untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Di alam, tanaman cukup mendapatkan nutrisi dari tempat tumbuhnya yang kebanyakan berupa humus yang kaya nutrisi dari hasil pelapukan dedaunan dan kotoran binatang. Sedangkan tanaman yang sengaja ditanam didalam pot tentu saja berbeda. Dengan jumlah media tanam tempat mereka tumbuh yang terbatas, serta iklim dan cuaca yang jauh berbeda dari habitat aslinya, tanaman hias dalam pot memerlukan penanganan dan perlakuan khusus. Untuk memenuhi kebutuhan unsur haranya, tanaman hias dalam pot tergantung pada pemiliknya.
Coba kita bayangkan apa jadinya kalau kita kekurangan makanan ?. Tentu saja tubuh menjadi lemah, kurus dan mudah terserang penyakit. Demikian pula tanaman hias, apabila kekurangan nutrisi maka tanaman hias akan menjadi kurus, layu dan bukan tidak mungkin akan mati. Untuk itu pemberian pupuk sebagai nutrisi utama tanaman hias harus diperhatikan dengan cermat.
Saat ini dipasaran banyak sekali ditemukan bermacam jenis dan merk pupuk yang beredar, dengan keunggulan dan kelebihan masing-masing.
Dilihat dari unsur hara yang terkandung di dalamnya, pupuk dibagi menjadi :
1. Pupuk Makro, yaitu pupuk yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar dan bersifat mutlak harus dipenuhi. Unsur hara makro adalah Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Calsium (Ca) dll
2. Pupuk Mikro, yaitu pupuk yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit tetapi tetap dibutuhkan, sekaligus sebagai pelengkap unsur hara makro. Unsur hara mikro adalah Besi (Fe), Boron (Bo), Seng (Zn), Magnesium (Mg), dll
Dilihat dari cara aplikasinya, pupuk dibagi menjadi :
1. Pupuk Akar, yaitu pupuk yang cara aplikasinya ditujukan agar nutrisi diserap oleh akar tanaman. Contoh : Dekastar, Osmocote, Pusar, Mutiara, dll
2. Pupuk Daun, yaitu pupuk yang diaplikasikan dengan menyemprotkannya ke daun, sehingga nutrisi diserap melalui stomata yang terdapat pada daun . Contoh : Growmore, Growquick-S, Grow Up, dll
Dilihat dari bentuknya, pupuk dibagi menjadi :
1. Pupuk Padat, yaitu pupuk yang berbentuk padat baik berupa butir (granule) atau kristal. Pupuk padat ada yang diaplikasikan secara langsung pada media tanam ada juga yang dicampur dengan air untuk kemudian disemprotkan ke tanaman ataupun media tanam. Contoh Pupuk Padat butir : Mutiara, Pusar, SP-36, dll. Contoh pupuk Padat kristal : Growmore, Urea, Hiponex, dll
2. Pupuk Cair, yaitu pupuk yang berbentuk cair, dan aplikasinya umumnya dicampur dengan air terlebih dahulu. Aplikasi pupuk cair pada tanaman hias dilakukan dengan cara penyemprotan, baik pada tanaman maupun pada media tanam. Contoh pupuk cair : Growquick-S, Grow Up, Mushi, dll
3. Pupuk Lambat Urai (Slow Release). Pada dasarnya pupuk lambat urai berbentuk sama dengan pupuk padat granule, tetapi mempunyai kekhususan pada cara pelarutannya, dimana pupuk lambat urai akan terlarut sedikit demi sedikit dalam jangka waktu tertentu. Kelebihan pupuk jenis ini adalah mampu menjamin ketersediaan nutrisi bagi tanaman dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga tidak terlalu sering memupuk tanaman. Pupuk jenis ini dirasakan lebih praktis terutama bagi hobiis yang mempunyai koleksi tanaman dalam jumlah banyak. Contoh : Dekastar, Osmocote, dll.
Dilihat dari bahan bakunya, pupuk dibagi menjadi :
1. Pupuk Organik, yaitu pupuk yang dibuat dari bahan-bahan yang bersifat alami / organik dan tidak mengandung bahan sintetis / kimia. Pupuk organik dibuat dari bahan yang berasal dari tumbuhan atau binatang. Pemakaian pupuk organik didasarkan pada asumsi bahwa sifatnya yang alami sehingga lebih aman bagi manusia dan ramah lingkungan. Jenis pupuk organik sendiri secara tidak langsung bisa dibagi menjadi dua, Yaitu Pupuk Organik langsung pakai seperti : Pupuk kandang, Humus, Andam, Kaliandra, dll. Dan pupuk organik olahan, yaitu pupuk organik yang merupakan ekstraksi dari bahan-bahan organik. Umumnya diproduksi oleh pabrik dan dikemas dalam berbagai macaam kemasan. Contohnya : Biococo, Bio Sugih, Bioreg, dll.
2. Pupuk Unorganik / Kimia, yaitu pupuk yang dibuat dari bahan non organik, alias kima. Pupuk kimia banyak beredar dipasaran, karena relatif lebih mudah didalam produksinya. Saat ini walaupun pemakaian pupuk organik mulai banyak mendapat perhatian, tetapi secara umum pemakaian pupuk kimia masih lebih mendominasi. Contoh pupuk kimia : Growmore, Hyponex, Urea, SP-36, dll
Aplikasi pupuk pada tanaman hias umumnya tidak selalu persis sama. Tergantung pada jenis tanaman, volume dan komposisi media tanam yang digunakan, iklim, ukuran tanaman, dll. Kita ambil contoh, aplikasi pupuk pada Adenium dan Aglaonema tidak bisa disamakan begitu saja. Umumnya adenium apalagi jenis obesum, mengutamakan tampilnya bunga. Sedangkan Aglaonema lebih mengutamakan tampilan daun. Sehingga aplikasi pupuk pada keduanya harus dibedakan. Jenis media tanam yang digunakan juga sangat berpengaruh. Umumnya semakin porous sebuah media tanam, maka akan semakin membutuhkan dosis pemupukan yang lebih sering, terutama pemupukan lewat akar. Hal ini dikarenakan sifat media yang sangat porous, menyebabkan aliran air (yang umumnya juga menghanyutkan pupuk) menjadi lebih besar, sehingga kertersediaan pupuk dalam media-pun akan sering berkurang. Demikian juga iklim dan ukuran tanaman akan sangat berpengaruh dalam aplikasi dan dosis pemupukan.
Namun demikian, walaupun banyak hal yang mempengaruhi apa dan bagaimana aplikasi pupuk pada tanaman hias harus dilakukan, tetapi pada umumnya aplikasi pupuk secara garis besar bisa digolongkan menjadi beberapa golongan :
1. Pupuk Dasar
Pupuk dasar umumnya berupa pupuk organik yang dicampurkan atau merupakan salah satu komponen media tanam. Dengan pupuk dasar, maka ketika tanaman ditanam dalam pot, secara otomatis sudah tersedia cadangan nutrisi, walaupun belum dilakukan pemupukan tambahan/lanjutan. Beberapa hobiis bahkan cukup mempercayakan pasokan nutrisi tanaman hiasnya hanya pada pupuk dasar, tanpa memberikan pupuk tambahan/lanjutan.
Pupuk dasar diaplikasikan ketika pertama kali meramu media tanam, dan diberikan berkala setiap enam bulan atau satu tahun sekali, ketika dilakukan repoting dan penggantian media tanam.
Contoh pupuk Dasar : Kompos, Pupuk Kandang, Andam, Kaliandra, dll
2. Pupuk Pertumbuhan
Pupuk pertumbuhan diberikan setelah tanaman mulai tumbuh, dengan maksud menambah pasokan nutrisi sehingga diharapkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih maksimal. Pupuk pertumbuhan bisa merupakan pupuk organik maupun pupuk unorganik.
Pupuk pertumbuhan umumnya mengandung unsur N lebih besar, atau setidaknya NPK Seimbang. Unsur N bersifat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga pertumbuhannya menjadi lebih cepat.
Contoh pupuk dengan unsur N tinggi : Gandasil D, Hyponex merah, Vitabloom, Bayfolan, Hortigro biru, Nutra Phos N, dll.
Contoh pupuk dengan NPK seimbang : Pupuk Mutiara, Osmocote, Growmore Hijau, Hyponex Hijau, Pokon 7, Shell Foliar, Hortigro hijau, dll.
3. Pupuk Pembungaan
Pupuk pembungaan umunya diberikan untuk merangsang munculnya bunga, terutama pada tanaman hias berbunga maupun untuk tanaman hias daun yang diharapkan munculnya bunga dengan maksud melakukan perbanyakan generatif dan penyilangan untuk menghasilkan hibryda baru. Pupuk pembungaan juga diberikan untuk memberikan nutrisi yang cukup ketika tanaman hias sedang berbunga, menjaga ketahanan bunga pada tanaman tertentu seperti Adenium, Euphorbia, dll serta untuk memenuhi nutrisi ketika tanaman hias sedang berbuah, seperti pada Aglaonema, Anthurium, dll.
Pupuk pembungaan umumnya lebih banyak mengandung unsur P dan K daripada unsur N.
Contoh pupuk dengan kadar P dan K lebih tinggi dibandingkan dengan N adalah : Gandasil B, Growmore Oranye, Hyponex biru, Instan Red 70, Surplus merah.
Setelah mengetahui jenis dan golongan pupuk, maka seberapa besar dosis yang tepat untuk aplikasi pupuk pada tanaman hias ?. Pertanyaan sederhana ini memang tidak mudah untuk dijawab, karena seperti telah diuraikan sebelumnya, aplikasi pupuk dipengaruhi oleh banyak hal seperti jenis tanaman, volume dan komposisi media tanam yang digunakan, iklim, ukuran tanaman, dll. Tetapi secara umum berdasarkan pengalaman, pemakaian pupuk bisa dilakukan sebagai berikut :
1. Pupuk Dasar
Umumnya pemakaian pupuk dasar berupa kompos, pupuk kandang, andam atau kaliandra sebanyak ¼ sampai 1/3 dari media tanam sudah cukup. Misalnya kita meramu media tanam Cacahan pakis : Sekam bakar : Pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Dilakukan ketika pertama kali meramu media tanam serta secara berkala ketika melakukan repoting dan penggantian media tanam.
2. Pupuk Lanjutan ( Pertumbuhan / Pembungaan )
Karena sifatnya yang berbentuk kemasan, dosis pupuk pertumbuhan / pembungaan lebih mudah ditakar. Dosis yang umum digunakan adalah 2 ml per liter air untuk pupuk cair atau 2 gram per liter air untuk pupuk padat / kristal, dengan aplikasi pemupukan seminggu sekali. Atau bisa juga dengan mengurangi dosis menjadi 1 ml atau 1 gram per liter air, tetapi frekuensi pemupukan lebih sering menjadi dua kali per minggu. Aplikasi pupuk cair atau yang dicairkan seperti ini disemprotkan pada daun, batang dan kar tanaman serta dikocorkan pada media tanam.
Sedangkan untuk pupuk yang berbentuk padat untuk pemupukan akar ataupun pupuk lambat urai, dosisnya lebih tergantung pada ukuran tanaman. Sebagai missal adenium dengan umur 6 bulan, atau aglaonema dengan jumlah daun sekitar 6 – 8 lembar, cukup diberi pupuk sebanyak satu sendok makan per batang tanaman, ditaburkan dsekitar tanaman, lalu ditutup dengan media tanam, sehingga pemupukan lebih efektif. Sedangkan untuk tanaman yang berpotensi menjadi besar seperti Anthurium, maka dosis pemupukan disesuaikan dengan ukuran tanaman.
Sekali lagi, sebenarnya tidak ada pakem dalam aturan pemupukan yang dikatakan sebagai paling baik. Karena baik menurut situasi dan kondisi didaerah A belum tentu tepat diaplikasikan pada daerah B. Untuk itu pengalaman merupakan guru yang paling baik dalam aplikasi pemupukan tanaman hias. Satu hal yang harus selalu diingat adalah, bahwa pupuk pada tanaman hias sebaiknya dilakukan secara berimbang, dalam arti berimbang dalam komposisi unsur hara makro dan mikro, maupun dosis yang digunakan. Pemupukan yang minim membuat tanaman hias menjadi kurang sehat dan tidak sedap dipandang mata, tetapi sebaliknya pemupukan yang berlebihan juga berefek kurang baik pada tanaman, membuang biaya dan yang paling berbahaya, terutama pada pemakaian pupuk kimia, akan berdampak negatif pada lingkungan. Untuk itu bijaksanalah dalam pengaplikasian pupuk pada tanaman hias kesayangan dirumah. Semoga membantu.