Puring umumnya akan lebih maksimal apabila ditanam langsung ditanah. Apabila ditanam di dalam pot, sebaiknya menggunakan pot dengan diameter yang besar. Karena sifatnya yang menyukai sinar matahari langsung, maka media tanam yang dipakai juga harus disesuaikan. Media tanam yang banyak dipakai untuk menanam puring dalam pot, umumnya banyak mengandung tanah merah sebagai komponennya. Komponen lain yang juga banyak digunakan adalah sekam bakar, sekam mentah, pupuk kandang dan pasir malang.
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa dalam meramu media tanam puring, jarang sekali menggunakan komponen cacahan pakis. Kalaupun ada, penggunaan cacahan pakis sangat kecil persentasenya.
Berikut ini beberapa contoh komposisi media tanam yang sering digunakan untuk menanam Puring :
1. Tanah merah : Sekam bakar : Pupuk kandang 2 : 1 : 1
2. Tanah merah : Sekam bakar : Pasir malang : 2 : 1 : 1
3. Tanah merah : Sekam mentah : Pupuk kandang 2 : 1 : 1
4. Sekam bakar : Sekam mentah : Pupuk kandang 1 : 1 : 1
Media tanam puring secara umum lebih mudah diramu, mengingat puring sendiri merupakan tanaman hias yang relative lebih mudah tumbuh dan dirawat dibandingkan tanaman hias lain. Semoga membantu
(Dari berbagai sumber)
Media Tanam Puring
Diposting oleh emirgarden | Kamis, Juli 31, 2008 | Media Tanam, Puring | 0 komentar »Media Tanam Anthurium
Diposting oleh emirgarden | Kamis, Juli 31, 2008 | Anthurium, Media Tanam | 0 komentar »
Anthurium yang dibahas disini adalah jenis anthurium daun yang saat ini sangat banyak penggemarnya. Media tanam untuk anthurium pada umumnya sangat mirip dengan media tanam Aglaonema. Hal ini disebabkan sifat hidup anthurium di habitat aslinya sangat mirip bahkan cenderung sama dengan aglaonema. Anthurium membutuhkan media tanam yang subur, porous, lembab tetapi tidak basah secara berlebihan.
Beberapa merk media tanam jadi siap pakai untuk aglaonema yang akhir-akhir ini banyak beredar dipasaran, umumnya juga bisa dipakai untuk Anthurium. Demikian pula sebaliknya. Hanya saja karena adanya kecenderungan anthurium tumbuh menjadi sangat besar, maka beberapa pekebun dan hobiis berusaha menciptakan “ramuan” yang lebih tahan lama dan tidak mudah lapuk. Hal ini berkaitan dengan cara repoting anthurium yang sudah besar relative lebih sulit dibandingkan dengan aglaonema. Beberapa pekebun dan hobiis anthurium di Indonesia umumnya menggunakan media tanam cacahan pakis secara tunggal. Hal ini disebabkan sifat pakis yang porous tetapi tetap mampu “memegang” tanaman secara kokoh. Disamping teksturnya yang tidak terlalu padat, emmbuat akar anthurium yang halus dengan mudah bisa menembusnya.
Namun demikian dengan makin terancamnya pakis dari kepunahan, sehingga pakis masuk kedalam daftar CITES appendix, maka sebaiknya mulai sekarang penggunaan cacahan pakis dalam jumlah besar seharusnya mulai dikurangi. Untuk itu berikut ini disajikan komposisi media tanam anthurium yang lebih beragam :
1. Cacahan pakis : Cocopeat 4 : 1
2. Cacahan pakis : Sekam bakar 1 : 1
3. Cacahan pakis : Cocopeat : Pasir malang 2 : 1 : 1
4. Sekam bakar : Pupuk kandang 4 : 2
5. Sekam bakar : Sekam mentah : Pupuk kandang 2 : 1 : 1
6. Sekam bakar : Sekam mentah : Pupuk kandang : Cocopeat 2 : 1 : ½ : ½
Menurut pengalaman pekebun dan hobiis selama ini, media tanam yang dirasakan paling bagus untuk anthurium adalah cacahan pakis. Akan tetapi kembali kepada permasalahan untuk melindungi pakis dari ambang kepunahan, maka penggunaan alternatif media tanam selain pakis patut diperhatikan. Semoga membantu.
(Dari berbagi sumber)
Media Tanam Aglaonema
Diposting oleh emirgarden | Kamis, Juli 31, 2008 | Aglaonema, Media Tanam | 0 komentar »
Aglaonema di habitat aslinya tumbuh dilapisan tanah paling atas yang umumnya berupa tumpukan sisa-sisa daun dan ranting tanaman yang telah terdekomposisi menjadi kompos. Aglaonema dialam umumnya tumbuh dibawah rindangnya pepohonan besar dan tinggi dengan daun yang rimbun. Hal ini menyebabkan lingkungan tumbuh asli Aglaonema merupakan daerah yang subur, lembab dan terlindung dari sinar matahari langsung.
Oleh karena itu untuk menghasilkan aglaonema yang prima, maka diperlukan media tanam yang subur, mempunyai derajat keasaman sekitar 6-7 dan bersifat porous tetapi tetap bisa menjaga kelembaban dalam jumlah cukup.
Komponen media tanam aglaonema yang umum dipakai adalah Cacahan pakis, sekam bakar, sekam mentah, cocopeat, pupuk kandang dan sedikit pasir malang. Seperti telah diuraikan dalam “komponen media tanam” dalam posting sebelumnya dalam blog ini, bahwa cacahan pakis, sekam bakar dan sekam mentah bersifat porous dan mampu menyimpan air tetapi tetap dengan aerasi yang baik. Sedangkan cocopeat karena sifatnya yang mengikat air dan kelembaban yang lebih tinggi, maka sering digunakan untuk menanam aglaonema pada waktu musim kemarau yang panas dan di daerah-daerah dataran rendah dengan iklim dan cuaca yang sangat panas. Untuk daerah-daerah dataran tinggi dengan kelembaban yang tinggi, penggunaan cocopeat tidak dianjurkan.
Untuk menjamin ketersediaan unsur hara, maka penambahan pupuk kandang bisa dilakukan. Sedangkan komponen terakhir adalah pasir malang. Disamping untuk meningkatkan porousitas media, beberapa pekebun beranggapan bahwa dengan mencampurkan pasir malang kedalam media tanam aglaonema, akan membuat aglaonema berwarna lebih cerah. Walaupun hal ini belum dapat dbuktikan secara pasti, tetapi banyak pula hobiis yang mengikutinya.
Berikut ini beberapa contoh komposisi media tanam yang sering digunakan untuk aglaonema :
1. Cacahan pakis : Sekam bakar 1 : 1
2. Cacahan pakis : Sekam bakar : Pupuk kandang 1 : 1 : ½
3. Cacahan pakis : Sekam bakar : Sekam mentah : Pupuk kandang
1 : 1 : ½ : ½
4. Cacahan pakis : Cocopeat : Pasir malang 2 : 1 : 1
5. Sekam bakar : Sekam mentah : Pupuk kandang 2 : 1 : 1
6. Sekam bakar : Sekam mentah : Pupuk kandang : Cocopeat 2 : 1 : ½ : ½
Seperti media tanam pada Adenium, maka sterilisasi media tanam untuk aglaonema juga sangat penting, untuk menjamin terhindarnya tanaman dari serangan penyakit dan serangga yang merugikan. Semoga membantu
(Dari berbagai sumber)
Media Tanam Adenium
Diposting oleh emirgarden | Kamis, Juli 31, 2008 | Adenium, Media Tanam | 0 komentar »
Adenium atau adalah tanaman yang aslinya berasal dari gurun yang tandus, panas dan beriklim kering. Untuk itu apabila kita ingin menanam adenium, maka media tanam yang digunakanpun harus disesuaikan dengan habitat aslinya.
Media tanam untuk adenium harus bersifat sangat porous dalam arti mampu mengalirkan air yang berlebihan secara cepat, tidak bersifat terlalu padat, sehingga adenium tumbuh lebih mudah dalam menghasilkan bonggol yang maksimal. Media tanam yang cocok untuk adenium umumnya memiliki derajat keasaman berkisar diangka 6-7 (Skala 1 – 12)..
Beberapa komponen media tanam yang bisa dipakai untuk menanam adenium adalah : pasir malang, sekam mentah, sekam bakar, cocopeat dan pupuk kandang. Umumnya pekebun dan hobiis lebih suka mencampur beberapa komponen media tanam untuk menghasilkan media tanam majemuk yang terbaik, sesuai kondisi dan situasi di lingkungan mereka. Jarang sekali yang menggunakan medi tanam tunggal, kecuali untuk menyemai biji adenium.
Untuk menyemai biji adenium, umumnya digunakan campuran pasir malang halus yang telah disaring dicampur dengan sekam bakar dengan komposisi 1 : 1. Bisa juga menambahkan ¼ bagian pupuk kandang matang, untuk memperkaya nutrisi media tanam. Beberapa pekebun menambahkan cocopeat sebagai campuran media tanam untuk mencegah media tanam menjadi terlalu kering. Karena bagaimanapun dalam penyemaian, dibutuhkan media tanam yang relatif lebih lembab dibandingkan media tanam adenium dewasa. Sedangkan untuk adenium remaja dan dewasa, umumnya tidak menggunakan campuran komponen media tanam yang terlalu banyak mengikat air seperti cocopeat ini.
Berikut ini beberapa contoh komposisi media tanam yang sering digunakan untuk adenium :
A. Tahap Penyemaian Biji
- Sekam bakar 100 %
- Pasir malang halus : Sekam bakar 1 : 1
- Pasir malang halus : Sekam bakar : Pupuk kandang 1 : 1 : ¼
- Sekam bakar : cocopeat : Pupuk kandang 3 : 1 : 1
B. Adenium Remaja dan Dewasa
- Pasir malang : Sekam bakar 1 : 1
- Pasir malang : Sekam bakar : Pupuk kandang 1 : 1 : ¼
- Pasir malang : Sekam bakar : Sekam mentah 1 : ½ : ½
- Sekam bakar : Sekam mentah : Pupuk Kandang 1 : 1 : ½
Beberapa komposisi campuran media tanam diatas hanyalah beberapa contoh yang sering digunakan. Pemilihan komponen media tanam, selain didasarkan pada kebutuhan untuk membuat media tanam yang baik, juga disesuaikan dengan tingkat ketersediaan komponen media tanam didaerah yang bersangkutan.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya di dalam pembuatan media tanam adalah sterilitas media tanam. Untuk menjamin sterilitas media tanam, maka media tanam harus di sterilisasi terlebih dahulu.
Cara sterilisasi dan sifat-sifat komponen media tanam telah diuraikan dalam posting sebelumnya di Blog ini. Semoga membantu.
(Dari berbagai sumber)
Komponen Media Tanam
Diposting oleh emirgarden | Kamis, Juli 31, 2008 | Media Tanam, Tip dan Trik | 0 komentar »Untuk menghasilakn media tanam yang baik dan sesuai dengan karakter tanaman, maka kebanyakan pekebun dan hobiis meramu beberapa komponen media tanam untuk menciptakan media tanam majemuk sesuai dengan yang diinginkan. Beberapa komponen media tanam yang umum dipakai oleh saat ini adalah :
1. Cacahan Pakis
Cacahan pakis adalah batang atau akar tanaman pakis yang telah dicacah menjadi cacahan halus. Cacahan pakis yang baik digunakan adalah cacahan pakis matang yang sudah mengalami “fermentasi”. Cacahan pakis matang bersifat porous, mempunyai aerasi yang baik tetapi tetap mampu menyimpan air yang dibutuhkan tanaman dan mampu “memegang” tanaman dengan baik tanpa menimbulkan sifat padat yang berlebihan. Cacahan pakis merupakan komponen media tanam favorit pekebun dan hobiis saat ini.
Hanya saja dikarenakan pakis telah masuk ke dalam CITES appendix dimana pakis dinyatakan sebagai tanaman yang dilindungi karena terancam kepunahannya, maka semaksimal mungkin penggunaan cacahan pakis sebagai media tanam dibatasi. Akhir-akhir ini karena permintaan akan media tanam pakis semakin besar seiring dengan maraknya dunia tanaman hias di tanah air, telah mengakibatkan kerusakan hutan pakis di habitatnya secara besar-besaran. Dahulu, orang mendapatkan cacahan pakis dari tanaman pakis yang sudah mati dan membusuk. Tetapi sekarang, karena permintaan yang mengalir deras, maka banyak orang berburu pakis hidup di hutan-hutan untuk ditebang dan dicacah-cacah. Hal ini tentu makin memperparah kerusakan habitat pakis yang sudah terancam kepunahan. Diluar negeri, utamanya di Negara-negara Eropa dan Amerika, penggunaan cacahan pakis sudah dilarang sejak beberapa tahun yang lalu.
2. Sekam Bakar
Sekam bakar atau arang sekam adalah sekam / kulit padi yang dibakar dengan teknik sedemikian rupa, sehingga menghailkan sekam yang menjadi arang. Sekam bakar yang baik adalah sekam yang sudah terbakar, tetapi tidak terlalu hancur. Sifat sekam bakar yang porous dan mampu menyimpan air, hampir mirip dengan cacahan pakis. Untuk itu saat ini banyak pekebun dan hobiis yang mengalihkan penggunaan cacahan pakis menjadi sekam bakar.
Sekam bakar juga mampu “memegang” tanaman dengan baik. Relatif mudah ditemui, serta harga juga relative lebih murah. Kelemahan sekam bakar adalah, relatif lebih mudah lapuk jika dibandingkan dengan cacahan pakis.
3. Sekam Mentah
Selain sekam bakar, sekam mentah juga bisa digunakan sebagai komponen media tanam. Kelebihan sekam mentah sebagai media tanam, selain bersifat porous dan mampu menahan air, adalah kaya akan vitamin B. Keunggulan terakhir ini umumnya tidak dimiliki oleh komponen media tanam lain.
Kelemahan sekam mentah adalah sifatnya yang terlalu berongga, sehingga kurang kuat dalam “memegang” tanaman.
4. Cocopeat
Cocopeat disini adalah serbuk yang berasal dari serabut buah kelapa. Cocopeat bersifat mampu meyimpan dan menahan air . Sifat ini dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan air bagi tanaman yang menyukai kelembaban atau media tanam yang tidak terlalu kering, seperti Aglaonema dan Anthurium.
Kekurangan cocopeat adalah banyak mengandung zat Tanin. Zat Tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk menghilangkan zat Tanin yang berlebihan, maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya buang air dan diganti dengan air bersih yang baru. Demikian dilakukan beberapa kali sampai busa tidak keluar lagi.
5. Cocochip
Hampir sama dengan cocopeat, cocochip berasal dari serabut buah kelapa. Hanya saja kalau cocopeat berbentuk serbuk, maka cocochip berbentuk potongan-potongan yang lebih besar berbentuk dadu. Cocochip umumnya berukuran ½ - 1 Cm. Kelebihan dan kekurangan cocochip sama dengan cocopeat.
Di Indonesia penggunaan cocochip memang tidak terlalu popular. Cocochip umumnya digunakan sebagai “pengganjal” dasar pot untuk menciptakan drainase yang baik di dalam pot.
6. Pasir Malang
Pasir malang adalah pasir yang berasal dari lava gunung berapi. Sifat pasir malang yang memiliki rongga-rongga halus membuat pasir malang menjadi ringan dan sangat porous. Pasir malang juga mampu “memegang” tanaman dengan baik, sehingga menjadi pilihan utama bagi pekebun dan hobiis tanaman yang menyukai iklim dan media tanam kering seperti Adenium, Euphorbia dan Sansevieria.
Pasir malang yang paling baik, umumnya yang bertekstur halus dan seragam. Untuk itu sebelum digunakan, pasir malang sebaiknya disaring menggunakan saringan kawat untuk mendapatkan pasir malang yang seragam.
Sebaiknya hindari penggunaan pasir malang yang berukuran besar dan bertekstur sangat kasar. Selain relatif lebih sulit untuk mengaturnya didalam pot, pasir malang kasar juga beresiko melukai akar dan batang tanaman, sehingga bisa menyebabkan kebusukan. Disamping itu pasir malang yang besar dan kasar juga kurang indah dipandang mata. Kelemahan lain dari penggunaan pasir malang adalah sangat miskin unsur hara, sehingga pemupukan teratur menjadi suatu keharusan, untuk mencegah tanaman kekurangan unsur hara.
7. Pupuk Kandang
Pupuk kandang yang baik digunakan adalah pupuk kandang matang yang telah terfermentasi dengan baik. Tandanya warna cenderung kehitaman, dan teksturnya lebih remah dibanding pupuk kandang mentah. Penggunaan pupuk kandang yang masih mentah akan berakibat buruk pada tanaman.
Pupuk kandang yang banyak digunakan umumnya adalah pupuk kandang kambing, karena disamping mengandung unsur Nitrogen yang cukup, karena bentuknya yang berupa butiran, membuat pupuk kandang kambing lebih awet dan tidak mudah hancur apabila terkena siraman air.
Kelebihan penggunaan pupuk kandang sebagai komponen media tanam adalah menjamin ketersediaan unsur hara bagi tanaman, walaupun tanpa tambahan pupuk kimia. Sedangkan kekurangan pupuk kandang adalah, apabila tidak disterilisasi dengan baik, maka pupuk kandang cenderung mengandung bibit penyakit dan hama bagi tanaman. Selain itu penggunaan pupuk kandang secara berlebihan sering membuat tampilan keseluruhan tanaman dan pot menjadi kurang indah, apalagi kalau tanaman ditempatkan didalam ruangan (indoor).
8. Humus
Humus yang banyak digunakan umumnya adalah humus kaliandra dan humus daun bamboo. Humus kaliandra banyak mengandung nitrogen, sehingga sangat baik untuk digunakan. Beberapa pekebun menggunakan humus sebagai pengganti pupuk kandang.
Kelebihan humus adalah, banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta bersifat banyak mengikat air, sehingga sangat cocok digunakan untuk tanaman yang memerlukan kelembaban tinggi seperti Caladium. Kelemahan humus kaliandra / bambo adalah sifatnya yang mudah lapuk dan hancur, membuatnya harus lebih sering diganti.
9. Tanah (Merah)
Tanah yang dimaksud disini adalah tanah merah yang bertekstur cukup remah. Bukan tanah liat berwarna hitam atau coklat yang lengket. Tanah merah umumnya banyak digunakan oleh pekebun Puring. Beberapa pekebun dan hobiis sansevieria juga menggunakan tanah merah sebagai campuran media tanamnya. Bahkan dari sebuah milis, beberapa member telah berhasil mengaplikasikan tanah merah sebagai komponen media tanam aglaonema. Namun demikain, umumnya jarang sekali pekebun atau hobiis yang merekomendasikan penggunaan tanah merah dalam jumlah mayoritas.
10. Arang kayu
Arang kayu banyak digunakan sebagai media tanam anggrek, sebagai pengganti lembaran batang pakis. Arang umumnya digunakan dalam bentuk potongan-potongan besar untuk tanaman anggrek remaja dan dewasa.
Kelebihan penggunaan arang adalah, sebagai substitusi batang pakis, Tahan lama, tidak mudah ditumbuhi jamur dan bakteri, serta mampu menyerap racun yang mengganggu tanaman. Kekurangannya adalah, sulit menyimpan air dan miskin hara. Arang sangat cocok digunakan didaerah yang berkelembaban tinggi, sehingga dapat mencegah kelembaban yang berlebihan. Apabila digunakan didaerah berkelembaban rendah, membuat media menjadi lebih cepat kering dan membutuhkan penyiraman yang lebih sering.
Sebenarnya arang juga bisa digunakan sebagai media tanam tanaman selain anggrek, hanya saja ukurannya perlu diseuaikan. Selain itu, arang juga bisa digunakan sebagai “pengganjal” dasar pot untuk meningkatkan drainase dan aerasi.
11. Kerikil
Kerikil disini adalah kerikil biasa yang bisa kita jumpai di halaman rumah, sungai dan pinggir-pinggir jalan. Kerikil kebanyakan digunakan sebagai media hydroponik, sebagai “pemegang” akar tanaman. Kerikil juga banyak digunakan sebagai “pengganjal” dasar pot untuk meningkatkan drainase dan aerasi.
12. Hydro Gel
Disamping beberapa komponen media tanam yang diuraikan diatas, saat ini telah tersedia media tanam baru yang merupakan media tanam “instant” dan bersifat buatan manusia, yang disebut hydrogel. Hydrogel berbentuk butiran-butiran halus, dimana sewaktu kita akan menggunakannya, maka butiran-butiran tersebut harus diremdam dalam air dengan jumlah tertentu. Setelah direndam ke dalam air, maka butiran hydrogel akan mengembang dan menjadi media tanam siap pakai.
Kelebihan hydrogel adalah, praktis, bersih, steril dan mempunyai variasi warna yang bermacam-macam, sehingga sangat cocok digunakan sebagai media tanam yang bersifat dekoratif. Kekurangannya adalah, miskin unsur hara, dan harganya yang relative lebih mahal serta factor ketersediannya yang masih terbatas. Media tanam hydrogel juga kurang tepat apabila digunakan sebagai media tanam untuk tanaman yang tumbuh besar seperti anthurium.
Demikianlah 12 komponen media tanam yang umum digunakan para pekebun dan hobiis tanaman hias. Sedangkan komposisi dan campuran media tanaman hias akan diuraikan dalam posting selanjutnya dalam blog ini. Semoga membantu.
(Dari berbagai sumber)
Memilih Media Tanam
Diposting oleh emirgarden | Kamis, Juli 31, 2008 | Media Tanam, Tip dan Trik | 0 komentar »Salah satu syarat agar tanaman hias yang kita pelihara bisa tumbuh sehat, segar, kokoh dan menawan seperti yang kita inginkan, adalah pemilihan media tanam yang tepat dan ideal.
Berikut ini tips-tips yang bisa digunakan dalam memilih atau meramu media tanam yang ideal :
1. Mampu menopang tanaman secara kokoh, sehingga tanaman mampu berdiri tegak dan tidak mudah goyah. Untuk memenuhi syarat ini, maka harus dipilih media tanam yang tidak mudah lapuk dan bisa bertahan dalam jangka waktu lama.
2. Bersifat porous, sehingga mampu mengalirkan kelebihan air yang tidak dibutuhkan. Hal ini dibutuhkan untuk mencegah media tanam menjadi becek dan lembab secara berlebihan, yang berakibat pada resiko kebusukan atau serangan jamur pada tanaman. Untuk itu harus dipilih media tanam yang tidak bersifat padat dan mampu menciptakan “rongga” di dalam wadah media tanam, sehingga proses drainase dan aerasi berjalan dengan baik.
3. Mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, baik itu unsur hara makro maupun mikro, sehingga kebutuhan tanaman akan zat-zat makanan selalu terpenuhi. Untuk memenuhi syarat ini, bisa dilakukan dengan memasukkan unsur pupuk kandang kedalam ramuan media tanam, atau dengan menambahkan pupuk kimia yang umumnya berbentuk butiran.
4. Bersifat steril, bebas dari serangan serangga, jamur, virus dan mikroorganisma merugikan lainnya. Hal yang biasa dilakukan dalam mensterilisasi media tanam adalah dengan mengukus media tanam. Cara ini efektif apabila media tanam yang dipakai sedikit. Apabila media tanam yang digunakan dalam jumlah banyak, maka media tanam bisa dijemur di bawah terik sinar matahari selama kurang lebih dua hari, lalu membungkusnya kedalam wadah plastic yang tertutup rapat. Cara lain yang sering pula digunakan dan lebih praktis adalah dengan cara kimia dengan aplikasi Furadan G sesuai takaran yang dianjurkan.
5. Sesuai dengan jenis tanaman hias yang dipilih. Hal ini perlu dilakukan, karena masing-masing jenis tanaman hias mempunyai karakterisktik berbeda-beda, sehingga membutuhkan media tanam yang berbeda pula
Media tanam yang dipilih bisa berupa media tanam tunggal yaitu hanya menggunakan satu jenis bahan media tanam, atau media tanam campuran yaitu media tanam yang diramu dari beberapa jenis bahan media tanam.
Menurut pengalaman para pelaku tanaman hias, memang tidak ada media tanam yang paling ideal, karena karakteristik tanaman, lingkungan tempat tanaman dipelihara, iklim serta musim sangat berpengaruh dalam pemilihan media tanam yang tepat. Beberapa contoh ramuan media tanam yang banyak digunakan, akan diuraikan lebih lanjut dalam blog ini. Silahkan mengikuti, semoga bermanfaat.